Kamis, 30 Mei 2013
PROLOG
Ini adalah sebuah jendela rahasia. Janganlah ragu untuk membukanya lebar-lebar. rasakan angin segar yang akan menerpa wajahmu. Biarkan seberkas cahaya menembus bagian tergelap hatimu. Melompatlah, dan temukan dunia warna-warni!
PECUNDANG DALAM DIRIKU
Sejenak aku membisu
Bibirku tak mampu terkuak, meskipun aku tahu,
Aku pun mulai menutup telinga
Tak ingin mendengar apapun
Memang beginilah aku
Karena ada
Pecundang dalam diriku...
Malam telah larut.
Kesunyiannya menghadirkan perasaan yang mencekam. Membuatku merasa merinding
dan tak nyaman. Mobilku melesat menyusuri jalanan yang gelap dan licin. Jalanan
saat itu benar-benar sepi. Tentu saja, ini sudah terlalu larut untuk seseorang
berkeliaran di luar rumah.
Sore tadi hujan deras
mengguyur bumi. Menyisakan malam yang dingin dan basah. Bibirku bersenandung
mengikuti lagu dari radio yang sedari tadi menemani perjalananku. Setidaknya
itu membuat tubuhku sedikit hangat dan mengusir kengerian di hatiku.
Ku percepat laju mobilku.
Ingin secepatnya sampai di rumah. Ingin segera meringkuk di kasurku yang
hangat. Dan lagi, aku juga tak mau ayah marah karena aku pulang terlalu larut.
Aku ingat terakhir kali ayah marah padaku. Ia menghukumnku dengan melarangku
keluar rumah selama 1 bulan. Kecuali sekolah dan les, tentunya. Dan kuakui itu
sungguh-sungguh tak mengenakkan.
Aku terlalu sibuk dengan
pikiranku, sehingga tak menyadari seseorang tengah menyeberang. Begitu dekat.
Aku tahu tak kan sempat menghentikan mobilku saat ini. Tapi tetap ku injak juga
remku. Menimbulkan suara berdecit tajam.
Aku memejamkan mataku.
Terlalu takut untuk melihat kejadian selanjutnya. Tanganku tak juga berhenti
gemetaran. Namun aku dapat mendengar dengan jelas suara berdebam keras dan
jerit pilu yang membuatku bergidik.
***
Aku tersentak. Terjaga
dari mimpiku. Entah sejak kapan keringat dingin mulai membasahi tubuhku.
Wajah itu, darah itu.
Terasa jelas tergambar di otakku. Aku akan sangat bersyukur jika itu hanya
sebuah mimpi. Dan ketika aku bangun semua akan usai. Namun itu kenyataan.
Begitu nyata dan terjadi padaku.
Aku menuruni tempat
tidur. Memasuki kamar mandi dan membasuh mukaku. Kurasakan kesejukan menyusupi
kulit ketika air dingin menerpa wajahku. Aku benar-benar berharap air itu dapat
mengguyur dan membawa pergi noda di dalam diriku, ketakutanku dan rasa bersalahku.
Aku menatap pantulan
wajahku di cermin. Masih sama seperti ketika terakhir kali aku melihatnya. Tapi
kini aku merasa diriku benar-benar kotor dan hina.
”kamu pembunuh, Riana!
Pembunuh!”
Entah bayangan diriku di
cermin ataukah hanya perasaanku saja, aku mendengar suara menggema di kepalaku.
Begitu jelas, menuduhku.
”Bukan! Aku bukan
pembunuh!” aku mencoba membela diriku. Tak jelas berkata pada siapa.
”Iya, kamu pembunuh!
Pembunuh yang melarikan diri. Pengecut!” suara itu kembali menghujatku.
” Tidak! Tidak! Aku tidak
sengaja. Orang itu yang melompat ke arah mobilku. Aku bukan pembunuh! Bukan!”
aku terus berteriak. Berharap akan ada seseorang yang mendengar dan membenarkan
perkataanku.
***
Aku menuruni tangga
dengan cepat. Menuju ruang makan. Tempat dimana kedua orangtuaku tengah
menunggu, seperti biasanya.
”Pagi Ayah, Ibu!” sapaku
tak semangat. Terus terang aku masih merasa sedikit mengantuk. Karena aku tak
jua dapat memejamkan mataku kembali sejak terjaga dari mimpi itu.
Aku mencoba bersikap baik-baik
saja di hadapan orangtuaku. Aku tak ingin mereka mengetahui kejadian tadi
malam. Memang aku telah membersihkan mobilku dari percikan darah semalam. Tapi
seberapapun coba kupungkiri, aku tetap merasa gugup. Walau bagaimanapun juga
aku kini tengah duduk berhadapan dengan seorang polisi yang tak lain adalah
ayahku sendiri.
”Kau baik-baik saja,
Riana?” tanya ibu yang agak aneh melihatku tingkahku yang tak biasa.
”Tidak apa-apa, Ibu. Aku
hanya sedikit gugup menghadapi ulangan hari ini.”
”Makanya, kalo pulang
jangan terlalu malam. Kau tahu, tadi malam ada kasus tabrak lari di jalan
Veteran.” ucap ayah.
Aku tersedak. Nasi yang
sempat ku makan nyaris keluar kembali.
”Aduh, Riana. Kalau makan
pelan-pelan, dong!” ibu menyodorkan segelas minuman yang langsung kutenggak
demi meredakan batuk-batukku.
”Apa orang yang ditabrak
itu baik-baik saja, yah?” tanyaku tanpa mampu menutupi suaraku yang bergetar.
Sejenak ayah terdiam. Membuatku semakin tak
tenang. Kemudian ia menjawab pelan, “Dia tewas. Meninggalkan istri
dan tiga orang anak. Kasihan, padahal mereka bukan orang yang berada.”
Ucapan ayah membuatku
semakin miris. Aku tahu, mustahil selamat dengan tabrakan keras seperti tadi
malam. aku menggigit bibir bawahku. walaupun secara tak langsung, ayah baru
saja mengatakan bahwa penabrak itu sangat keji. Andai ayah dan ibu tahu itu
adalah aku. Aku tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi.
”Apa ada saksi dalam
tabrak lari itu, Yah?” aku kembali bertanya. Agak takut dan gugup.
”Sejauh ini tidak ada.
Karena kejadiannya malam hari, dan jalan itu juga sepi. Itulah yang membuat
kami kesulitan mencari pelakunya.”
Mungkin aku terdengar
jahat. Tapi jujur, aku merasa lega mendengarnya.
***
Aku tercenung menatap wanita yang tengah berkutat dengan
barang dagangannya. Ia nampak letih dan sayu. Lingkaran hitam menghiasi
wajahnya. Aku yakin, umurnya tak setua kelihatannya.
Aku tahu, tak seharusnya
aku datang ke sini. Hadir di hadapan orang yang suaminya telah aku tabrak
sampai mati.
Sebenarnya aku ingin
melupakan semuanya dan berpura-pura tak pernah terjadi apa-apa. Toh tak ada
seorang pun yang tahu. Namun rasa bersalah terus menggelitiki hatiku dan
membuatku datang kemari. Tentu saja setelah aku mengorek informasi dari ayah,
sehingga aku tahu tempat ini. Setidaknya aku ingin memastikan keadaan mereka
setelah kematian Pak Pardi., orang yang telah aku tabrak itu.
Bu Pardi tersenyum ketika
menyadari kehadiranku. ”Rujak, Neng?” ia menawarkan.
”Iya.” ucapku spontan.
Aku tak mau membuatnya kecewa. Walaupun sebenarnya, tanpa ia tahu aku telah
membuatnya sangat kecewa.
Aku duduk di bangku kayu
yang telah usang. Memandang anak-anak yang tengah berlarian di tanah lapang.
Dalam hatiku bertanya, di antara mereka mana yang merupakan anak pak Pardi.
”Ini Neng, Rujaknya.”
”Iya, Bu. Terimakasih.”
aku menerima rujak yang disodorkan oleh bu Pardi.
”Sudah lama jualan rujak,
Bu?” tanyaku sembari melahap rujak di tanganku. Ku rasakan pedas merayapi
lidahku. Membuat mataku sedikit berair.
”Baru saja kok, Neng.
Dulunya saya hanya buruh cuci. Tapi ketika suami saya meninggal, saya berpikir
untuk berjualan saja. Nggak cukup Neng, memenuhi kebutuhan dari hasil nyuci.”
ujar bu Pardi tanpa tedeng aling-aling. Sedikit kesedihan terbersit dalam nada
suaranya.
Aku terdiam. Perasaan
bersalah semakin menghinggapi jiwaku.
Aku meletakkan piring di
meja. Tak berminat lagi menyantap rujak itu. Aku merogoh uang lima puluh ribuan
dari sakuku dan menyerahkannya pada bu Pardi.
”Aduh, Neng. Belum ada
kembaliannya.” Bu Pardi tampak bingung.
”Nggak usah, Bu. Ambil
saja.”
Bu pardi menggeleng.
”Jangan, Neng. Saya nggak berani”
”Nggak apa-apa, Bu. Saya
ikhlas, kok.” aku berusaha membujuknya. Sejenak kulihat keraguan di mata bu
Pardi. Sekali lagi ia melihat wajahku.
”Terimakasih banyak ya,
Neng” ucapnya kemudian. Sempat kutemukan binar dalam matanya.
Aku mengangguk lemah.
Andai saja ia tahu bahwa apa yang kuberikan tak sebanding dengan apa yang telah
kulakukan.
***
Untuk kesekian kalinya
aku duduk di bangku ini. Menikmati rujak yang sama. Sejujurnya aku tak suka
begini. Harus selalu merasa ketakutan setiap kali melihat wajah bu Pardi. Takut
jika ia akan tahu siapa aku sebenarnya. Tapi tanpa aku sadari, kakiku selalu
melangkah kemari seusai sekolah.
”Apa Ibu marah pada orang
yang telah menabrak suami Ibu?” tanyaku hati-hatiku. Bukannya bermaksud
mengorek luka lama. Hanya sekedar ingin tahu.
Bu Pardi menghentikan
aktivitasnya. Namun tak langsung menjawab. Lama ia hanya terdiam. Entah apa
yang ia pikirkan.
”Awalnya saya memang merasa
sangat kecewa. Mengapa ini semua harus terjadi pada keluarga kami. Apalagi
sampai saat ini penabrak Mas Pardi belum
juga ditemukan. Tapi lama-lama, saya pikir ini sudah takdir. Mungkin memang
seperti ini jalannya Mas Pardi kembali pada Gusti Allah. Anggap saja si
penabrak itu sebagai jembatan. Tak ada yang perlu dipersalahkan. Ini sudah
takdir yang MahaAgung.”
Aku menghela nafas. Salut
aku. Betapa lapangnya hati Bu Pardi. Ia dapat menerima ini semua dengan begitu
tabah.
Tapi bukannya merasa
lega, aku malah semakin merasa bersalah. Ya Tuhan, apa yang harus ku perbuat?
***
Bu Pardi menatapku lekat.
Wajah yang sama seperti yang selalu kutemui, sorot mata yang sama pula. Hanya
sekarang suasananya berbeda. Kami tak lagi berjumpa di warung rujak Bu Pardi, tapi
di sebuah Lembaga Permasyarakatan.
Ya. Aku telah mengatakan
yang sebenarnya pada ayahku. Tentu saja. Walaupun dia ayahku, tak pelak ia juga
seorang polisi. Dan kini aku harus menerima takdirku.
Setidaknya dengan begini
aku sedikit bernafas lega. Terlepas dari rasa bersalah yang terus
menggelayutiku. Meskipun itu berarti aku harus teronggok di bui yang suram dan
pengap ini. Tak mengapa. Anggap saja ini sebagai konsekuensi dari apa yang ku
perbuat.
Bu Pardi masih berdiri di
hadapanku. Tak bergeming dari posisinya. Kami berdua sama-sama membisu.
Aku sendiri tak tahu
harus berkata apa. Aku merasa malu sekali. Aku hanya menunggu reaksi bu Padi.
Aku rela jika ia memang ingin mencelaku, memakiku. Karena ia memang berhak
melakukannya dan aku memang pantas menerima itu semua.
Bibir bu Pardi mulai terkuak. Ia menatapku dalam.
”Kamu hebat, Nak” ucapnya
kemudian.
Aku sedikit terkejut.
Perkataan bu Pardi tak seperti yang ku sangka. Walaupun mungkin tak pantas,
namun bolehkah aku menganggap itu sebagai suatu pujian?
Rumahku tercinta, Juni 2005.
HUJAN DI UJUNG SENJA
Aku
menatap rintik hujan yang membasahi
jendela kamarku. Menghasilkan embun di
sekujur kaca. Ku sentuh embun itu. Sedikit bergidik ketika dingin merayapi
ujung jariku. Kuukirkan namaku di sana .
Sempat kukagumi sejenak. Sebelum akhirnya lenyap tersapu embun yang lain.
“Inggit,”
sapa sebuah suara yang tak lagi asing di telingaku.
“Ibu,”
aku berpaling dari kaca jendela dan menatap ibu.
Ia
tersenyum padaku. Gurat-gurat tipis menghiasi wajahnya. Membuat ibu tampak
lebih tua dari umur sebenarnya.
Aku
beringsut mendekati ibu. Kuseret kakiku dengan kepayahan. Aku memang tak
seperti kebanyakan orang pada umumnya.
Aku istimewa, begitu yang selalu ibu ucapkan padaku. Aku tak bisa berjalan apalagi berlari. Bahkan
berdiri dengan kedua kakiku pun menjadi hal yang sangat mustahil. Aku memang punya kaki, tapi keduanya tak
berfungsi lagi. Seakan-akan mereka hanyalah hiasan atau pelengkap.
Yah…setidaknya
aku masih punya tangan yang normal. Sehingga aku bisa berjalan atau lebih
tepatnya berpindah tempat dengan mengandalkan kedua tanganku. Sampai-sampai kulit pada kedua telapak
tanganku mengelupas.
Aku
terserang polio. Pada umur 8 tahun kakiku lumpuh total. Orangtuaku tak mampu
berbuat apa-apa. Mereka bukan orang
berada.
Aku
tak begitu tampak menderita. 10 tahun bukan waktu yang sebentar. Cukup untuk
membuatku terbiasa dengan cara hidup seperti ini. Aku bahkan tak bisa mengingat
bagaimana rasanya dapat berlari dengan kedua kakiku.
“Inggit
pijat ya, Bu!” Aku menggapai bahu ibu. Memijat-mijatnya pelan. Bermaksud
mengurangi kelatihan ibu setelah seharian berkutat dengan pembeli dan
hingar-bingar pasar. Atau bermaksud mengurangi rasa bersalahku. Karena aku,
anak sulungnya, tak mampu banyak membantu mengurangi beban keluarga. Tragisnya,
aku malah cenderung menambah beban keluarga dengan keadaan fisikku ini.
Pintu
rumah terbuka, diikuti oleh suara riang adikku. Rumah ini begitu kecil.
Sehingga suara seperti apapun dapat terdengar dengan mudahnya.
Anggit
masuk ke dalam kamar. Ia membanting tasnya ke tempat tidur. Ia sekamar
denganku. Selain karena di rumah ini memang hanya ada dua kamar, juga karena
aku memang agak kesulitan jika harus tidur sendirian.
Aku
dan Anggit hanya terpaut tiga tahun.
Kami memang kakak beradik. Lahir dari
rahim yang sama, dibesarkan dalam rumah yang sama. Namun tampak begitu berbeda. Anggit cantik, tinggi, pintar
dan punya banyak teman. Dan yang terpenting ia baik-baik saja. Tidak cacat
seperti aku. Kuakui, tak jarang aku merasa iri padanya. Kadang aku bahkan
bertanya entah pada siapa. Kenapa harus aku? Ada banyak orang di dunia ini, tapi mengapa
justru aku yang terpilih?
“Besok
temanku mau main ke sini.”ucap Anggit dengan nada mengambang. Ada sedikit getir yang tertangkap dalam
suaranya.
Ia
tak sepenuhnya menatapku. Hanya sudut
matanya yang sekilas melirikku. Aku mengerti apa maksud perkataannya. Anggit
tak ingin aku menampakkan diri di hadapan teman-temannya saat mereka datang
besok. Karena itu akan membuatnya malu.
Pernah
suatu kali ketika SMP, teman Anggit
datang ke rumah. Saat itu mereka
melihatku dengan segala kekuranganku ini. Esoknya, Anggit pulang sambil
menangis. ia dihina teman-temanya di
sekolah. Mereka mengatakan Anggit memiliki kakak seperti suster ngesot. Selama
beberapa hari Anggit bahkan tak mau bicara padaku. Aku tahu, ia menyalahkanku.
Jujur,
aku sangat sakit hati. Bagaimana mungkin adik kandungku malu memiliki kakak
seperti aku. Tapi aku tak pernah menampakkannya. Hanya akan menambah luka di hati.
****
Hujan turun lagi. Seperti biasa, aku
mengagumi setiap tetesannya dari balik jendela. Tapi aku tak begitu memusatkan
perhatianku pada hujan itu terlalu lama. Aku kembali berkutat pada jerami-jerami di pangkuanku.
Menganyamnya satu persatu. Membentuknya menjadi hamparan tikar.
Hasinya memang tak banyak. Namun
dapat membantu perekonomian keluarga. Sejak bapak meninggal, semua jadi terasa
lebih berat.
Aku memang pernah bersekolah. Hanya
samapi kelas 2 SD. Pertengahan tahun aku berhenti, karena…yah tahulah. Setidaknya aku bisa membaca dan menulis. Tapi
itu tak cukup untuk mencari pekerjaan di zaman sekarang. Ditambah dengan
kondisi fisikku yang memang istimewa.
Aku mendengar suara cekikikan dari
ruang tamu. Suara Anggit dan teman-temannya. Kadang-kadang aku ikut tertawa
mendengar lelucon yang mereka lontarkan. Tentu saja dengan suara yang sangat
pelan. Aku tak ingin mereka mendengarnya.
Kembali rasa irii menyusup di
hatiku. Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya jalan-jalan dengan teman.
Berbincang-bincang tentang pelajaran, film, cowok, atau sesuatu yang mereka
sebut denga fashion.
Aku tak mengingkari bahwa aku juga
punya teman. Yu Sumi dan Yu tarmi. 2 orang sesama buruh penganyam tikar di
tempat juragan Darso. Tapi mereka lebih tua beberapa tahun dariku. Sehingga
pembicaraan kami sering tidak nyambung. Kerena yang mereka bicarakan tak lebih
dari urusan rumah tangga, anak-anak, dan suami mereka.
Anyaman tikar hampir selesai. Namun
hujan tak juga berhenti.
****
Jalanan becek. Akibat hujan kemarin
sore. Aku merasakan basah dan dingin pada bagian bawah tubuhku ketika aku
menyeret tubuhku. Ini memang buruk. Tapi tak lebih buruk dibandingkan jika
cuaca terik. Sekujur tubuhku akan terasa tersengat dan tak urung kaki dan
tanganku lecet-lecet.
Hari sudah menjelang siang. Aku
harus mempercepat perjalananku menuju rumah juragan Darso. Untuk menganyam
tikar tentunya. Aku tahu benar. Juragan Darso bukan sosok yang ramah. Ia tak
segan-segan memarahi pegawainya yang datang terlambat. Bahkan tak jarang
menjadikan gaji sebagai pelampiasan. Dan aku tak mau itu.
Memang jarak rumahku dan rumah
juragan Darso tak begitu jauh. Namun dengan kondisiku yang seperti ini, bukan
hal yang mudah untuk cepat sampai.
Di tengah jalan, seorang ibu
setengah baya yang tak kuingat pernah mengenalnya menyodorkan selembar uang ribuan
padaku. Sesaat aku terpana. Tak
menangkap apa maksudnya. Namun ia tergesa pergi. Tak memberi kesempatan padaku
untuk bertanya atau menolak.
Aku mendesah. Pastilah ia mengira
aku ini seorang pengemis. Aku tak menyalahkannya. Tampang kuyu, penampilan
lusuh, wajah memelas ditambah lagi cacat dalam diriku. Tak heran jika orang
menyangka aku ini seorang peminta-peminta. Yah, sudahlah. Lumayan. Tak baik
menolak rejeki.
Suara tangis anak kecil membuyarkan
lamunanku. Aku ingat benar anak itu. Aku memang tak tahu namanya, tapi yang aku
tahu ia selalu menangis ketika melihatku. Aku tak yakin apa pada diriku yang
membuatnya menangis ketakutan seperti itu. Wajahku, kakiku, ekspresiku, ataukah
caraku berjalan? Atau mungkin semuanya menjadi kesatuan yang patut untuk
ditakuti.
Asri mendekati anak itu.
Dibelai-belainya rambut adiknya. Mencoba menenangkan tangis adiknya yang
memekakkan telinga. Asri menatpku gusar. Merasa tak enak padaku. Aku hanya tersenyum getir pada teman SDku itu.
Mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja. Hatiku sudah terlanjur kebal dengan
segala perlakuan orang padaku.
****
Juragan Darso memujiku karena hasil
kerjaku yang ia bilang cukup memuaskan. Itu membuatku luput dari amrahnya
karena keterlambatanku yang hampir tak disadari itu. Aku tersenyum puas. Itu
menunjukkan bahwa aku bukanlah orang yang tak bisa berbuat apa-apa. Sejenak aku
bersyukur. Walaupun kakiku lumpuh, aku masih memiliki tangan yang sehat.
“ Beruntung kamu, Nggit. Aku saja
yang berahun-tahun bekerja di sini jarang-jarang dipuji sama juragan. Bahkan bisa
dikatakan tak pernah.” Ujar Yu Sumi.
Entah bermaksud memuji atau justru menyindirku.
“Ya bagus itu. Siapa tahu, kamu
semakin ahli dan bisa memulai usaha sendiri.” Yu Tarmi ikut manimpali. Matanya
tak lepas dari jerami-jerami di tangannya.
“Wah, jangan terlalu
dibesarkan-besarkan dong, Yu.” Aku sedikit tersipu.
“Ya kita kan boleh aja to berangan-angan” Yu Tarmi
menambahkan.
Aku
terdiam sejenak. Angan-angan? Aku selalu berangan-angan. Tapi tetap menjadi angan-angan belaka.
“Kalau begitu, aku boleh
berangan-angan bisa sekolah lagi nggak Yu?” paparku sekonyong-konyong.
Yu Tarmi dan Yu Sumi menatapku
serempak. Ekspresi mereka sekan-akan menunjukkan aku ini orang yang tidak
waras. Aku tersenyum getir. Sangat getir. Aku tak menggubris komentar kedua
temanku itu yang nyaris tak dapat kucerna di otakku. Aku memusatkan perhatian
pada jerami yang menanti .
****
Hujan deras mengguyur bumi. Angin
yang bertiup kencang menampar-nampar daun jendela kamarku. Air hujan yang terbawa
angin memercik ke wajahku.Ku tutup rapat jendela kamarku. Walaupun aku tahu,
ini tak cukup tangguh untuk menghalangi air masuk ke dalam rumah mungilku.
Aku meraih seragam Anggit yang
dibiarkannya teronggok di sudut tempat
tidur. Bermaksud meletakkanya ke ember cucian. Tapi kemudian kuurungkan niatku. Aku malah tegoda
untuk terus memegangnya. Memperhatikan setiap detil baju itu. Kukagumi sejenak.
Membayangkan betapa menyenangkannya memakai seragam putih abu-abu dan mengalami
kehidupan remaja yang penuh warna. Dan terutama hidup normal.
Ini benar-benar membuat keinginanku
untuk sekolah semakin kuat. Dalam sekejap hatiku melambung lalu terjatuh lagi.
terjatuh oleh kenyataan bahwa aku tak mungkin mewujudlan keinginanku yang satu
ini.
Aku meletakkan kembali seragam
Anggit. Mendadak berubah kecut.
Terpaku oleh lamunanku, aku nyaris
tak menyadari bahwa hujan telah menyurut. Tak kudengan lagi desis hujan yang
lembut membuai. Aku membuka jendela. Seketika kurasakan angin dingin menerpa
kulitku.
Aku mengalihkan pandangan pada
langit yang dipenuhi awan. Masih tersisa bias-bias hitam namun justru terkesan
romantis. Perlahan semburat pelangi menampakkan biasnya yang samar tertangkap
mata. Aku menghela napas. Aku tak boleh tenggelam dalam kesedihan. Mengutuk takdirku.
Karena hujan tak selamannya. Akan reda dan berganti dengan pelangi.
Tuhan pasti punya rencana lain
untukku. Bukankah aku ini istimewa?
LET'S WRITE!
Let’s Write!
Artikel
jurnalistik seperti anjing menggonggong. Gonggongan itu menyalak pada hal yang
mengganggunya. Ia memberi tahu ada bahaya, situasi menakutkan,atau keadaan lain
yang mesti diketahui orang di
sekitarnya. Gonggongan itu kerap bikin sakit telinga. Tapi, diharapkan, sakit
itu membawa pesan akan pentingnya sebuah kondisi sosial dicermati (Septiawan
Santana, 2007:6)
Di
era yang serba cepat ini, jurnalistik menjadi suatu kebutuhan tersendiri bagi
manusia. Keberadaan jurnalistik menjadi suatu hal yang penting dalam kehidupan.
Jurnalistik atau pers memberikan asupan informasi yang sangat dibutuhkan
manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, tercipta berbagai media untuk
menyampaikan jurnalistik kepada masyarakat. Dari media cetak, media elektronik
hingga menggunakan media internet yang biasa disebut journalistic online.
Salah
satu produk kegiatan jurnalistik adalah artikel. Artikel adalah tulisan berisi pendapat
seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang sifatnya aktual atau
kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu, memengaruhi, meyakinkan, dan
menghibur pembaca. Siapa saja boleh menulis artikel dengan topik bebas sesuai
minat dan keahliannya. Artikel ditulis dengan atas nama atau by line story dengan berisi gagasan yang
menyangkut kepentingan masyarakat umum, ditulis secara referensial dengan misi
intelektual, dan disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer,
komunikatif, serta orisinal.
Artikel
memiliki beberapa jenis, yaitu artikel praktis, artikel ringan, artikel halaman
opini, dan artikel analisis ahli.
Artikel Praktis
Artikel
praktis adalah artikel yang berisi petunjuk praktis tentang cara melakukan
sesuatu (how to do it). Isinya lebih
menekankan aspek ketelitian dan keterampilan daripada masalah pengamatan dan
pengembangan penetahuan serta analisis peristiwa. Penulisannya biasanya
menggunakan pola kronologis, yaitu pesan disusun berdasarkan urutan waktu atau
tahapan pekerjaan.
Artikel Ringan
Artikel ringan mengangkat topik yang ringan
dengan cara penyajian yang ringan, tidak banyak menguras pikiran pembaca.
Pembaca tidak perlu berpikir keras, menganalisis lebih tajam, atau menggugat
secara akademis. Untuk mencernanya pembaca tidak perlu persiapan dan perhatian
secara khusus. Biasanya jenis artikel seperti ini ditemukan di rubrik wanita,
remaja, dan keluarga.
Artikel Opini
Artikel opini menganalisis masalah
secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analisis akademis.
Sifatnya relatif berat. Artikel jenis ini ditulis oleh penulis yang memiliki
latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian yang memadai di bidangnya.
Artikel opini biasanya ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan
opini yang lain, misalnya tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel ini
bersifat pandangan subjektif.
Artikel Analisis Ahli
Artikel
analisis ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang
menjadi sorotan dan bahan pembicaraan masyarakat. Artikel ini ditulis oleh ahli
atau pakar di bidangnya dengan menggunakan bahasa populer dan komunikatif. Topik
yang diangkat dan dibahas beraneka ragam seperti pendidikan, politik, sosial,
ekonomi, dan sebagainya. Artikel analisis ahli biasa ditemukan pada halaman
berita atau rubrik khusus.
- Teknikal, maksudnya memiliki kemampuan menggunakan atau mengoperasikan peralatan kerja yang diperlukan dalam kegiatan menulis.
- Mental. Seorang penulis harus memiliki tekad, semangat, dan kemauan keras untuk terus belajar disertai sikap pantang menyerah.
- Reading Habit. Seorang penulis artikel hendaknya memiliki kebiasaan dan budaya baca sebagai kebutuhan sehari-hari.
- Intelektual. Seorang penulis harus memiliki visi akademis, daya nalar, wawasan ilmu pengetahuan, kemampuan menyatakan tulisan secara logis, sistematis, dan analisis.
- Sosiokultural. Seorang penulis harus bisa beradaptasi atau membiasakan diri dengan lingkungan sosial.
TAHAP MENULIS ARTIKEL
MENCARI IDE YANG MENARIK
Ide adalah sesuatu yang melintas
dalam pikiran. Sifatnya umum dan bisa apa saja. Dari ide inilah kemudian muncul
sebuah gagasan yang selanjutnya menjadi akar suatu kegiatan menulis. Dalam
bahasa psikologi, gagasan adalah sesuatu hal yang memotivasi seseorang untuk
melakukan suatu sikap atau tindakan tertentu. Sumber ide bisa dari mana saja.
Bisa dari pengalaman pribadi, hobi, pengalaman profesi, pendapat, hasil
pengamatan pribadi, peristiwa aktual, peristiwa yang akan terjadi, masalah
agama, pendidikan, masalah masyarakat, kejadian khusus seperti peringatan hari
bersejarah, dan minat khalayak seperti gaya hidup, mode, dan sebagainya.
Ide
sebaiknya bersifat aktual, relevan, dan terjangkau. Disebut aktual jika
mengandung unsur kebaruan agar menarik perhatian, membuat rasa ingin tahu,
membuka cakrawala pengetahuan pembaca. Relevan jika sesuai disiplin ilmu, latar
belakang pendidikan, pengetahuan, atau sesuai bidang keahlian. Dikatakan
terjangkau jika menunjuk daya dukung tenaga, biaya, sarana , dan referensi.
MENETAPKAN TOPIK SECARA SPESIFIK
Topik atau pokok bahasan merupakan
pernyataan tentang isi pokok bahasan yang sudah dibatasi ruang lingkupnya
secara spesifik. Topik sebaiknya dirumuskan dalam satu kalimat utuh dengan
syarat kalimatnya tidak bersifat konklusif atau menyimpulkan. Topik dinyatakan
dalam kalimat eksplanatif atau penjelasan. Topik yang spesifik sesuai dengan
latar belakang pengetahuan, pendidikan, atau keahliannya , menarik minat,
sesuai pengetahuan pembaca, aktual, fenomenal, kontroversial, jelas ruang
lingkupnya, dan ditunjang referansi yang cukup.
MEMILIH JUDUL PROVOKATIF
Judul sangat penting dalam sebuah
artikel, karena judul adalah identitas suatu artikel. Artikel tanpa judul
merupakan hal yang abstrak sehingga tak mampu memberi pesan. Judul dijadikan
suatu tolak ukur bagi pembaca untuk membaca artikel tersebut atau tidak. Judul
artikel yang baik yaitu provokatif, singkat-padat, relevan, fungsional,
informal, representative, merujuk pemakaian bahasa baku , mudah dibaca dan diingat, harus
berbentuk frase dan bukan kalimat.
MERUMUSKAN TESIS SECARA SINGKAT
Tesis
atau simpulan adalah pendapat utama dari keseluruhan uraian artikel yang
ditulis dan dinyakan dalam kalimat konklusif atau simpulan. Setiap artikel
harus memiliki artikel utama dan artikel pendukung. Penggunaan tesis utama dan
tesis pendukung biasanya terdapat pada artikel yang sangat panjang. Tesis yang
baik harus ringkas dan jelas, sehingga tidak menimbulkan salah pengertian,
mencerminkan topik, serta mengandung unsur yang baru, bukan perulangan.
Untuk
artikel bersifat deduktif, tesis ditulis saat memulai menulis artikel, tempatnya
pada intro. Sedangkan untuk artikel bersifat induktif, tesis diletakkan pada
penutup.
MEMBUAT KERANGKA SEDERHANA
Kerangka karangan merupakan suatu
rancangan sederhana sebelum dimulainya suatu karangan. Kerangka karangan
dijadikan acuan saat memulai menulis. Pada umumnya, kerangka karangan berisi
ide, topik, tesis, judul, kerangka, dan referensi.
Struktur
artikel jurnalistik terdiri dari teras (lead)
yaitu paragraf pembuka artikel. Bagian
pengantar gagasan atau pokok pikiran penulis. Kemudian Tubuh (body), bagian isi artikel yang
merupakan uraian pokok pikiran. Dan yang terakhir adalah bagian penutup (ending), yaitu bagian akhir dari
penulisan artikel yang berupa simpulan sementara atau simpulan akhir.
SYARAT ARTIKEL LAYAK KIRIM
- Topiknya aktual dan atau kontroversial
- Tesisnya orisinal, mengandung gagasan baru atau segar.
- Materinya menyangkut kepentingan masyarakat luas
- Topik atau pokok bahasannya diyakini tidak bertentangan dengan aspek etis, sosiologis, yuridis, dan ideologis.
- Ditulis dalam bahasa yang baik dan benar, lincah, segar, mudah dicerna, dan ringan dibaca.
- Mencerminkan visi dan sikap penulis sebagai intelektual atau cendekiawan
- Referensial
- Singkat, utuh, dan tuntas
- Memenuhi kualifikasi teknis-administratif media bersangkutan
Nah, sudah tahu kan apa itu artikel dan
cara menulis artikel? Menulis artikel memang tidak mudah. Tapi juga tidak
sulit. Tergantung kemauan dan tekad kita untuk mau memulai. Jangan pernah takut
untuk mencoba. Karena banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan dari
menulis.
Jadi, tunggu apa
lagi? Ambillah penamu dan segeralah menulis!
KETIKA MUSIK JADI ALTERNATIF
Krisis
keuangan bukan hal yang asing di Indonesia . Justru hal ini seakan
menjadi busana yang senantiasa melekat dalam diri masyarakat. Kemiskinan dan
pengangguran merajalela. Indonesia
tetap dianggap sebagai negara berkembang yang tertinggal dalam teknologi maupun
pendidikan. Sayangnya, masyarakat Indonesia bukannya berlomba-lomba
bergelut memajukan pendidikan, kesejahteraan rakyat maupun teknologi, namun
malah berlomba-lomba berpacu di bidang entertainment khususnya musik.
Banyak
bermunculan penyanyi dan band-band baru dalam jagat musik Indonesia
dengan berbagai warna musik yang disuguhkan. Dunia musik seakan-akan menjadi
trend yang membumi dan menggairahkan untuk digeluti. Berbagai stasiun tv gencar
menayangkan acara-acara musik berjam-jam. Bahkan acara-acara tersebut cukup
membius dan digemari pemirsa. Hal ini membuat acara musik menjadi tayangan
wajib bagi beberapa stasiun TV.
Namun,
sekali lagi hanya kuantitas yang terus dikejar, bukan kualitas. Memang pemain
musik di Indonesia terus melonjak, namun kualitas musik dan lirik tidak begitu
menjadi prioritas Banyak sekali bermunculan lagu dengan lirik-lirik yang tidak
berbobot, bahkan tak jarang yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi. Beberapa
artis sinetron atau model ikut-ikutan aji mumpung bergelut dalam dunia
musik. Tak peduli bagus tidaknya suara mereka, layak tidak lagu itu
diperdengarkan, yang penting laku dijual di pasaran. Memang segi material
selalu menjadi tujuan utama yang tak terelakkan.
Ironisnya,
jarang sekali ditemukan lagu untuk anak kecil. Anak-anak saat ini justru
cenderung menyanyikan lagi-lagu orang dewasa yang tak luput dibumbui dengan
kata-kata cinta yang seharusnya belum saatnya diterima oleh anak. Bahkan, beberapa penyanyi anak atau remaja
bukannya menyanyikan lagu sesuai dengan umurnya, namun malah menyanyikan lagu
yang lebih pantas dibawakan orang dewasa.
Sungguh
sangat disayangkan, ketika krisis ekonomi tengah melanda Indonesia mengapa justru musik yang
dijadikan alternatif?
TEKNIK-TEKNIK MEMBACA CEPAT
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Manusia modern
tampaknya tidak dapat melepaskan diri dari media komunikasi. Salah satu media
komunikasi yang banyak dihadapi adalah media tulis baik buku teks maupun media
massa. Pada era globalisasi, kegiatan membaca sudah menjadi hal yang lazim
dalam kehidupan sebagian masyarakat.
Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang
dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi
otomatis.
Tetapi dalam era
yang serba cepat sekarang, ketika tanpa kita kehendaki tuntutan kehidupan
meningkat, pembaca tak lagi boleh hanya sebagai membawa kenikmatan, tetapi
sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri. Artinya orang wajib mengejar
semua informasi. Ia harus memiliki keterampilan mengumpulkan data dengan cepat
sekaligus benar. Dan disini membaca cepat menjadi utama. Tidak ada orang yang
dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat
bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku.
Membaca cepat adalah bagaimana seseorang dapat membaca dengan pemahaman yang
lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik. Dalam
makalah ini selanjutnya akan dipaparkan teknik-teknik membaca cepat.
- Rumusan Masalah
- Apakah
yang dimaksud dengan membaca cepat?
- Bagaimana
teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca
cepat?
- Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan
dan memaparkan tentang pengertian membaca cepat.
2.
Menjelaskan
dan memaparkan tentang teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan membaca cepat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Membaca Cepat
Soedarso dalam Yasrul Effendi (www.id.forums.wordpress.com)
mengatakan bahwa metode speed reading
merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan
informasi. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan
atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak. Sedangkan Nurhadi menyatakan
bahwa membaca cepat dan efektif ialah jenis membaca yang mengutamakan
kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya (1987:31-32).
Muchlisoh (1992:149) mengatakan bahwa membaca cepat bukan berarti jenis membaca
yang ingin memperoleh jumlah bacaan atau halaman yang banyak dalam waktu yang
singkat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara. Dari beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang
mengutamakan kecepatan dengan menggunakan gerakan mata dan dilakukan tanpa
suara yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara tepat dan cermat dalam
waktu singkat.
Jadi, membaca cepat adalah membaca yang dilakukan
dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biasanya dengan membaca kalimat demi
kalimat dan paragraf tetapi tidak membaca kata demi kata. Tujuannya adalah
untuk memperoleh informasi, gagasan utama, dan penjelasan dari suatu bacaan
dalam waktu yang singkat. Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus
dipelajari agar mampu membaca lebih cepat. Tidak ada orang yang dapat membaca
cepat karena bakat.
Membaca cepat tentu saja bukan tujuan, sebab
keterpahamanlah yang tujuan dalam membaca cepat. Dalam membaca cepat terkandung
pemahaman yang cepat pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak
pembahasan, bukannya kecepatan. Seorang pembaca yang baik akan mengatur
kecepatan dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kecepatan membaca
sangat tergantung pada bahan dan tujuan membaca, serta sejauh mana keakraban
dengan bahan bacaan. Kecepatan membaca harus seiring dengan kecepatan memahami
bahan bacaan.
B. Teknik-Teknik
Membaca Cepat
Tidak semua orang akan langsung mahir untuk
membaca cepat. Keterampilan ini membutuhkan latihan yang mungkin bisa sampai
berulang-ulang agar seseorang dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam
membaca cepat. Latihan-latihan ini dipandang penting untuk dilakukan karena
biasanya seseorang yang baru pertama kali belajar membaca cepat akan menemui
beberapa masalah yang bisa menjadi penghambat dalam membaca cepat. Syarat utama
untuk dapat membaca cepat adalah mengetahui dengan persis bahan apa yang sedang
dicari. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pemindaian secara cepat. Hanya
mencari bagian-bagian yang dibutuhkan.
Untuk bisa membaca cepat memang perlu teknik
tertentu. Secara umum ada dua teknik membaca yaitu:
1. Teknik Scanning
Teknik membaca scanning adalah membaca suatu informasi
dimana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi
dan imajinasi, sehingga dalam memahami bacaan tersebut seseorang dapat
menghubungkan kalimat yang satu dengan kata-kata sendiri. Jadi dalam teknik ini
tidak seluruh kata/kalimat dibaca. Biasanya kata-kata kunci yang menjadi
perhatian pembaca. Misalnya membaca koran, mencari judul-judul atau topik
berita yang dianggap menarik.
Bagian-bagian yanag dapat dilompati antara lain
a. Bagian yang telah diketahui
dari buku lain
b. Bagian yang berisi informasi
yang tidak memenuhi tujuan membaca
c. Bagian yang hanya
merupakan contoh atau ilustrasi
d. Bagian yang
merupakan ringkasan bab sebelumnya.
2. Teknik
Skimming
Teknik membaca Skimming adalah membaca secara garis besar
(sekilas) untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Setelah itu melacak
informasi yang ingin diketahui secara mendalam. Untuk memperlancar proses
skimming maka lakukanlah terlebih dahulu membaca daftar isi, kata pengantar,
pendahuluan, judul atau sub judul, serta kesimpulan. Dari bagian-bagian buku
ini minimal kita bisa menafsirkan apa inti dari isi buku yang akan kita baca
tersebut. Teknik ini biasanya dilakukan ketika kita mencari sesuatu yang khusus
dalam teks. Fungsi skimming adalah
a. Untuk mengenali topik bacaan
b. Untuk mengetahui pendapat/opini orang
c. Untuk mendapatkan bagian penting yang
kita butuhkan
d. Untuk
mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara
berpikir
penulis.
e. Untuk
penyegaran apa yang pernah dibaca.
3. Membaca visual,
Membaca visual yaitu mengejar kelompok kata dengan urutan mana suka. Cara
ini cocok untuk memahami bacaan yang agak sulit serta yang mudah.
Langkah-langkah membaca
cepat
Sebelum melatih membaca cepat, kita perlu paham
beberapa langkah membaca cepat, yaitu:
1. Persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dengan membaca judul. Judul ini ditafsirkansesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami. seseorang bisa menafsirkan isi bacaan dari judul yang dibaca. Hubungkan pengalaman/wawasan yang dimiliki sengan judul bahan bacaan yang akan dibaca. Kemudian perhatikan gambar dan keterangan gambar dari materi yang akan dibaca. Biasanya gambar atau ilustrasi dalam buku mengilustrasikan isi bacaan. Oleh karena itu simbol visual ini dapat membandtu kita memahami isi bacaan. Selanjutnya kita perlu memperhatikan huruf cetak tebal/huruf miring. Huruf yang dicetak berbeda ini melambangkan kata/kalimat penting dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya adalah membaca alinea awal dan akhir. Alinea awal mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan alinea akhir biasanya berupa pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui aliena awal dan akhir ini dapat membantu kita menafsirkan keseluruhan isi bacaan. Kemudian kita perlu baca juga rangkuman bacaan.
Tahap persiapan ini dimulai dengan membaca judul. Judul ini ditafsirkansesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami. seseorang bisa menafsirkan isi bacaan dari judul yang dibaca. Hubungkan pengalaman/wawasan yang dimiliki sengan judul bahan bacaan yang akan dibaca. Kemudian perhatikan gambar dan keterangan gambar dari materi yang akan dibaca. Biasanya gambar atau ilustrasi dalam buku mengilustrasikan isi bacaan. Oleh karena itu simbol visual ini dapat membandtu kita memahami isi bacaan. Selanjutnya kita perlu memperhatikan huruf cetak tebal/huruf miring. Huruf yang dicetak berbeda ini melambangkan kata/kalimat penting dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya adalah membaca alinea awal dan akhir. Alinea awal mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan alinea akhir biasanya berupa pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui aliena awal dan akhir ini dapat membantu kita menafsirkan keseluruhan isi bacaan. Kemudian kita perlu baca juga rangkuman bacaan.
2. Pelaksanaan
Jika telah melaksanakan tahap persiapan tadi, kita sudah bisa membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan dibaca. Selanjutnya kita dapat memulai membaca cepat dengan menggunakan dua teknik tadi yaitu scaning dan skimming. Di sini kita bisa mencari kata-kata kunci yang ada dalam kalimat, selanjutnya dihubungkan melalui asosiasi dan imajinasi sehinga bisa dengan cepat mengambil inti sari isi bacaan tampa harus membaca seluruh isi buku
Jika telah melaksanakan tahap persiapan tadi, kita sudah bisa membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan dibaca. Selanjutnya kita dapat memulai membaca cepat dengan menggunakan dua teknik tadi yaitu scaning dan skimming. Di sini kita bisa mencari kata-kata kunci yang ada dalam kalimat, selanjutnya dihubungkan melalui asosiasi dan imajinasi sehinga bisa dengan cepat mengambil inti sari isi bacaan tampa harus membaca seluruh isi buku
Untuk menguasai keterampilan membaca cepat, kita perlu latihan. Latihan ini meliputi latihan otot mata, pheriperial mata, dan latihan pernapasan.
a. Melatih otot mata
Melatih otot mata dapat dilakukan dengan cara
gerakan bola mata dalam keadaan terpejam ke atas ke bawah, lalu samping kiri
dan kanan. Latihan ini harus dilakukan secara continue minimal selama 14 hari,
masing-masing selama lima menit tanpa harus putus. Apabila satu hari saja tidak
latihan, maka otot mata akan kembali ke keadaan sebelum latihan.
b. Melatih Pheriperal Mata
Melatih pheriperal mata dapat dilakukan dengan
cara pandangan mata mengikuti gerakan telunjuk di depan mata. Tujuannya agar
mata kita dapat menjangkau seluruh bacaan tanpa menggeleng-gelengkan kepala,
karena menggelengkan kepala itu menghambat membaca cepat.
c. Melatih Pernapasan
Melatih prnapasan dapat dilakukan dengan cara
tarik napas panjang keluarkan secara perlahan. Kemudian latihan konsentrasi
yang berhubungan dengan sikap duduk, tegak, libatkan asosiasi dan imajinasi. Di
sini usahakan seolah-olah sedang berkomunikasi dengan sang penulis.
Kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki seseorang dalam
membaca pun secara tidak sadar bisa menjadi penghambat untuk bisa membaca
dengan cepat. Kebiasaan-kebiasaan yang biasanya sudah dimiliki selama
bertahun-tahun ini di antaranya:
- vokalisasi
atau bergumam ketika membaca;
- membaca dengan
menggerakkan bibir namun tidak bersuara (komat-kamit);
- kepala yang
bergerak searah dengan arah tulisan yang dibaca;
- jari-jari
tangan yang selalu menunjuk tulisan yang dibaca;
- gerakan mata
yang selalu kembali ke kata-kata sebelumnya atau mengulang membaca kalimat
dari depan;
- membaca di dalam hati.
Untuk
mengatasi masalah-masalah ini, usahakan untuk mencegah bibir, jari-jari tangan,
dan kepala untuk bergerak pada saat membaca. Cara pencegahannya bisa dengan
mengatupkan bibir, memasukkan tangan ke dalam saku atau memegangi kepala pada
waktu membaca. Sedangkan untuk
menghindari supaya tidak bersuara pada waktu membaca adalah dengan merasakan
getaran suara di leher. Dengan meletakkan tangan di leher, akan diketahui
apakah kita bersuara atau tidak. Membaca dalam hati memang tidak bisa dicegah,
tetapi usahakan supaya tidak memerhatikan pelafalannya.
Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa
digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah dalam membaca cepat.
- Miliki
kosakata yang luas. Jika saat ini masih memiliki kosakata yang terbatas,
ada cara-cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu dengan
menyiapkan catatan kata-kata baru yang belum diketahui. Setelah itu,
carilah artinya di dalam kamus. Perbendaharaan kata yang banyak sangat
membantu dalam memahami suatu bacaan.
- Sikap tubuh membaca
cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang pembaca
justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru menjadi
penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca.
- Membaca
sepintas lalu dengan membaca sepintas lalu, dapat mengantisipasi hal-hal
yang mungkin akan terjadi.
- Konsentrasi. Konsentrasi
yang penuh menghindarkan dari melamun atau pikiran yang melayang-layang.
Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan kecepatan membaca yang rendah.
Untuk itu, usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika membaca cepat.
- Retensi/mengingat
kembali informasi dari bacaaan. Mengingat kembali informasi yang baru saja
dibaca bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan, diskusi, maupun menulis kembali informasi yang
sudah diterima.
- Tujuan dari
membaca itu sendiri. Dengan menentukan tujuan dari membaca, akan
mengetahui apakah bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan atau seperti
yang diinginkan.
- Motivasi. Motivasi
yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Jika
sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu bacaan, akan lebih
mudah menyerap informasi dalam bacaan tersebut. Untuk itu, tumbuhkanlah
motivasi dalam membaca.
Teknik
SQ3R
Teknik ini sangat membantu kita dalam menyerap informasi
tertulis. Teknik ini menggunakan metode penahapan dalam
membaca.
1. Survey
Pemindaian terhadap daftar isi, pendahuluan, bab pertama
atau pengantar dan bagian ringkasan untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Tujuan
survei adalah
- Mempercepat menangkap arti
- Mendapatkan abstrak
- Mengetahui ide-ide penting
- Melihat
susunan (organisasi) bahan bacaan.
- Mendapatkan
minat perhatian yang seksama terhadap bacaan.
- Memudahkan
mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
2. Question
Membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
bahan-bahan yang sedang dicari. Pertanyaan ini dapat digunakan sebagai tujuan
utama di dalam membaca buku tersebut.
3. Read
Sekarang bacalah isi buku tersebut. Lewati bagian yang
kurang menarik. Ketika sampai bagian yang dapat digunakan sebagai bahan
penulisan, bacalah dengan cermat.
4. Recall
Ketika membaca uraian yang dibutuhkan, maka pahami isinya
dan ingat-ingatlah bagian itu. Simpanlah kata-kata kunci di dalam ingatan.
Proses ini sangat penting jika akan melakukan parafrasa bacaan tersebut
sehingga tidak melanggar hal cipta karena melakukan plagiat.
5. Review
Setelah mengingat-ingat, dapat mengulas materi yang didapatkan.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan membaca ulang uraian dalam buku tersebut,
mengembangkan catatan atau mendiskusikannya dengan orang lain. Cara lain yang
sangat efektif adalah mengajarkan informasi itu kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Membaca cepat adalah jenis membaca yang
mengutamakan kecepatan dengan menggunakan gerakan mata dan dilakukan tanpa
suara yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara tepat dan cermat dalam
waktu singkat. Kecepatan membaca sangat tergantung pada bahan dan tujuan
membaca, serta sejauh mana keakraban dengan bahan bacaan. Kecepatan membaca
harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan. Untuk bisa membaca cepat diperlukan
beberapa teknik tertentu, yaitu teknik scanning dan teknik skimming. Teknik
scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara
loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi. Sedangkan teknik
skimming adalah membaca secara sekilas untuk mendapatkan gambaran umum isi
buku.
B.
Saran
1. Sebaiknya masyarakat dan pemerintah
melakukan tindakan yang dapat meningkatkan minat baca di kalangan pelajar
maupun masyarakat umum.
2. Masyarakat hendaknya mulai membiasakan
diri membaca cepat karena banyak manfaat yang dapat diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus
Suyoto. Sistem
Membaca Cepat dan Efektif. www. bhsindo.multiply.com. Diakses
pada Senin, 24 Februari 2009.
Christiana Ratri
Yuliani. Teknik Membaca Cepat. www. drssuharto.wordpress.com. Diakses pada
Senin, 24 Februari 2009.
Purnawan Kristanto. Teknik Membaca Cepat. www. tagliners.blogspot.com. Diakses pada Senin, 24 Februari 2009.
Yasrul Efendi. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed
Reading. www.id.forums.wordpress.com.
Diakses pada Senin, 24 Februari 2009.
Langganan:
Postingan (Atom)