Kamis, 30 Mei 2013

PROLOG

Ini adalah sebuah jendela rahasia. Janganlah ragu untuk membukanya lebar-lebar. rasakan angin segar yang akan menerpa wajahmu. Biarkan seberkas cahaya menembus bagian tergelap hatimu. Melompatlah, dan temukan dunia warna-warni!

PECUNDANG DALAM DIRIKU


Sejenak aku membisu
Bibirku tak mampu terkuak, meskipun aku tahu,
Aku pun mulai menutup telinga
Tak ingin mendengar apapun
Memang beginilah aku
Karena ada
Pecundang dalam diriku...

Malam telah larut. Kesunyiannya menghadirkan perasaan yang mencekam. Membuatku merasa merinding dan tak nyaman. Mobilku melesat menyusuri jalanan yang gelap dan licin. Jalanan saat itu benar-benar sepi. Tentu saja, ini sudah terlalu larut untuk seseorang berkeliaran di luar rumah.
Sore tadi hujan deras mengguyur bumi. Menyisakan malam yang dingin dan basah. Bibirku bersenandung mengikuti lagu dari radio yang sedari tadi menemani perjalananku. Setidaknya itu membuat tubuhku sedikit hangat dan mengusir kengerian di hatiku.
Ku percepat laju mobilku. Ingin secepatnya sampai di rumah. Ingin segera meringkuk di kasurku yang hangat. Dan lagi, aku juga tak mau ayah marah karena aku pulang terlalu larut. Aku ingat terakhir kali ayah marah padaku. Ia menghukumnku dengan melarangku keluar rumah selama 1 bulan. Kecuali sekolah dan les, tentunya. Dan kuakui itu sungguh-sungguh tak mengenakkan.
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku, sehingga tak menyadari seseorang tengah menyeberang. Begitu dekat. Aku tahu tak kan sempat menghentikan mobilku saat ini. Tapi tetap ku injak juga remku. Menimbulkan suara berdecit tajam.
Aku memejamkan mataku. Terlalu takut untuk melihat kejadian selanjutnya. Tanganku tak juga berhenti gemetaran. Namun aku dapat mendengar dengan jelas suara berdebam keras dan jerit pilu yang membuatku bergidik.

***
Aku tersentak. Terjaga dari mimpiku. Entah sejak kapan keringat dingin mulai membasahi tubuhku.
Wajah itu, darah itu. Terasa jelas tergambar di otakku. Aku akan sangat bersyukur jika itu hanya sebuah mimpi. Dan ketika aku bangun semua akan usai. Namun itu kenyataan. Begitu nyata dan terjadi padaku.
Aku menuruni tempat tidur. Memasuki kamar mandi dan membasuh mukaku. Kurasakan kesejukan menyusupi kulit ketika air dingin menerpa wajahku. Aku benar-benar berharap air itu dapat mengguyur dan membawa pergi noda di dalam diriku, ketakutanku dan rasa bersalahku.
Aku menatap pantulan wajahku di cermin. Masih sama seperti ketika terakhir kali aku melihatnya. Tapi kini aku merasa diriku benar-benar kotor dan hina.
”kamu pembunuh, Riana! Pembunuh!”
Entah bayangan diriku di cermin ataukah hanya perasaanku saja, aku mendengar suara menggema di kepalaku. Begitu jelas, menuduhku.
”Bukan! Aku bukan pembunuh!” aku mencoba membela diriku. Tak jelas berkata pada siapa.
”Iya, kamu pembunuh! Pembunuh yang melarikan diri. Pengecut!” suara itu kembali menghujatku.
” Tidak! Tidak! Aku tidak sengaja. Orang itu yang melompat ke arah mobilku. Aku bukan pembunuh! Bukan!” aku terus berteriak. Berharap akan ada seseorang yang mendengar dan membenarkan perkataanku.

***
Aku menuruni tangga dengan cepat. Menuju ruang makan. Tempat dimana kedua orangtuaku tengah menunggu, seperti biasanya.
”Pagi Ayah, Ibu!” sapaku tak semangat. Terus terang aku masih merasa sedikit mengantuk. Karena aku tak jua dapat memejamkan mataku kembali sejak terjaga dari mimpi itu.
Aku mencoba bersikap baik-baik saja di hadapan orangtuaku. Aku tak ingin mereka mengetahui kejadian tadi malam. Memang aku telah membersihkan mobilku dari percikan darah semalam. Tapi seberapapun coba kupungkiri, aku tetap merasa gugup. Walau bagaimanapun juga aku kini tengah duduk berhadapan dengan seorang polisi yang tak lain adalah ayahku sendiri.
”Kau baik-baik saja, Riana?” tanya ibu yang agak aneh melihatku tingkahku yang tak biasa.
”Tidak apa-apa, Ibu. Aku hanya sedikit gugup menghadapi ulangan hari ini.”
”Makanya, kalo pulang jangan terlalu malam. Kau tahu, tadi malam ada kasus tabrak lari di jalan Veteran.” ucap ayah.
Aku tersedak. Nasi yang sempat ku makan nyaris keluar kembali.
”Aduh, Riana. Kalau makan pelan-pelan, dong!” ibu menyodorkan segelas minuman yang langsung kutenggak demi meredakan batuk-batukku.
”Apa orang yang ditabrak itu baik-baik saja, yah?” tanyaku tanpa mampu menutupi suaraku yang bergetar.
Sejenak ayah terdiam. Membuatku semakin tak tenang. Kemudian ia menjawab pelan, “Dia tewas. Meninggalkan istri dan tiga orang anak. Kasihan, padahal mereka bukan orang yang berada.”
Ucapan ayah membuatku semakin miris. Aku tahu, mustahil selamat dengan tabrakan keras seperti tadi malam. aku menggigit bibir bawahku. walaupun secara tak langsung, ayah baru saja mengatakan bahwa penabrak itu sangat keji. Andai ayah dan ibu tahu itu adalah aku. Aku tak dapat membayangkan apa yang akan terjadi.
”Apa ada saksi dalam tabrak lari itu, Yah?” aku kembali bertanya. Agak takut dan gugup.
”Sejauh ini tidak ada. Karena kejadiannya malam hari, dan jalan itu juga sepi. Itulah yang membuat kami kesulitan mencari pelakunya.”
Mungkin aku terdengar jahat. Tapi jujur, aku merasa lega mendengarnya.
***
            Aku tercenung menatap wanita yang tengah berkutat dengan barang dagangannya. Ia nampak letih dan sayu. Lingkaran hitam menghiasi wajahnya. Aku yakin, umurnya tak setua kelihatannya.
Aku tahu, tak seharusnya aku datang ke sini. Hadir di hadapan orang yang suaminya telah aku tabrak sampai mati.
Sebenarnya aku ingin melupakan semuanya dan berpura-pura tak pernah terjadi apa-apa. Toh tak ada seorang pun yang tahu. Namun rasa bersalah terus menggelitiki hatiku dan membuatku datang kemari. Tentu saja setelah aku mengorek informasi dari ayah, sehingga aku tahu tempat ini. Setidaknya aku ingin memastikan keadaan mereka setelah kematian Pak Pardi., orang yang telah aku tabrak itu.
Bu Pardi tersenyum ketika menyadari kehadiranku. ”Rujak, Neng?” ia menawarkan.
”Iya.” ucapku spontan. Aku tak mau membuatnya kecewa. Walaupun sebenarnya, tanpa ia tahu aku telah membuatnya sangat kecewa.
Aku duduk di bangku kayu yang telah usang. Memandang anak-anak yang tengah berlarian di tanah lapang. Dalam hatiku bertanya, di antara mereka mana yang merupakan anak pak Pardi.
”Ini Neng, Rujaknya.”
”Iya, Bu. Terimakasih.” aku menerima rujak yang disodorkan oleh bu Pardi.
”Sudah lama jualan rujak, Bu?” tanyaku sembari melahap rujak di tanganku. Ku rasakan pedas merayapi lidahku. Membuat mataku sedikit berair.
”Baru saja kok, Neng. Dulunya saya hanya buruh cuci. Tapi ketika suami saya meninggal, saya berpikir untuk berjualan saja. Nggak cukup Neng, memenuhi kebutuhan dari hasil nyuci.” ujar bu Pardi tanpa tedeng aling-aling. Sedikit kesedihan terbersit dalam nada suaranya.
Aku terdiam. Perasaan bersalah semakin menghinggapi jiwaku.
Aku meletakkan piring di meja. Tak berminat lagi menyantap rujak itu. Aku merogoh uang lima puluh ribuan dari sakuku dan menyerahkannya pada bu Pardi.
”Aduh, Neng. Belum ada kembaliannya.” Bu Pardi tampak bingung.
”Nggak usah, Bu. Ambil saja.”
Bu pardi menggeleng. ”Jangan, Neng. Saya nggak berani”
”Nggak apa-apa, Bu. Saya ikhlas, kok.” aku berusaha membujuknya. Sejenak kulihat keraguan di mata bu Pardi. Sekali lagi ia melihat wajahku.
”Terimakasih banyak ya, Neng” ucapnya kemudian. Sempat kutemukan binar dalam matanya.
Aku mengangguk lemah. Andai saja ia tahu bahwa apa yang kuberikan tak sebanding dengan apa yang telah kulakukan.
***
Untuk kesekian kalinya aku duduk di bangku ini. Menikmati rujak yang sama. Sejujurnya aku tak suka begini. Harus selalu merasa ketakutan setiap kali melihat wajah bu Pardi. Takut jika ia akan tahu siapa aku sebenarnya. Tapi tanpa aku sadari, kakiku selalu melangkah kemari seusai sekolah.
”Apa Ibu marah pada orang yang telah menabrak suami Ibu?” tanyaku hati-hatiku. Bukannya bermaksud mengorek luka lama. Hanya sekedar ingin tahu.
Bu Pardi menghentikan aktivitasnya. Namun tak langsung menjawab. Lama ia hanya terdiam. Entah apa yang ia pikirkan.
”Awalnya saya memang merasa sangat kecewa. Mengapa ini semua harus terjadi pada keluarga kami. Apalagi sampai saat ini penabrak Mas Pardi  belum juga ditemukan. Tapi lama-lama, saya pikir ini sudah takdir. Mungkin memang seperti ini jalannya Mas Pardi kembali pada Gusti Allah. Anggap saja si penabrak itu sebagai jembatan. Tak ada yang perlu dipersalahkan. Ini sudah takdir yang MahaAgung.”
Aku menghela nafas. Salut aku. Betapa lapangnya hati Bu Pardi. Ia dapat menerima ini semua dengan begitu tabah.
Tapi bukannya merasa lega, aku malah semakin merasa bersalah. Ya Tuhan, apa yang harus ku perbuat?
***
Bu Pardi menatapku lekat. Wajah yang sama seperti yang selalu kutemui, sorot mata yang sama pula. Hanya sekarang suasananya berbeda. Kami tak lagi berjumpa di warung rujak Bu Pardi, tapi di sebuah Lembaga Permasyarakatan.
Ya. Aku telah mengatakan yang sebenarnya pada ayahku. Tentu saja. Walaupun dia ayahku, tak pelak ia juga seorang polisi. Dan kini aku harus menerima takdirku.
Setidaknya dengan begini aku sedikit bernafas lega. Terlepas dari rasa bersalah yang terus menggelayutiku. Meskipun itu berarti aku harus teronggok di bui yang suram dan pengap ini. Tak mengapa. Anggap saja ini sebagai konsekuensi dari apa yang ku perbuat.
Bu Pardi masih berdiri di hadapanku. Tak bergeming dari posisinya. Kami berdua sama-sama membisu.
Aku sendiri tak tahu harus berkata apa. Aku merasa malu sekali. Aku hanya menunggu reaksi bu Padi. Aku rela jika ia memang ingin mencelaku, memakiku. Karena ia memang berhak melakukannya dan aku memang pantas menerima itu semua.
Bibir bu Pardi mulai terkuak. Ia menatapku dalam.
”Kamu hebat, Nak” ucapnya kemudian.
Aku sedikit terkejut. Perkataan bu Pardi tak seperti yang ku sangka. Walaupun mungkin tak pantas, namun bolehkah aku menganggap itu sebagai suatu pujian?

                                                               Rumahku tercinta, Juni 2005. 

HUJAN DI UJUNG SENJA



Aku menatap rintik  hujan yang membasahi jendela kamarku. Menghasilkan  embun di sekujur kaca. Ku sentuh embun itu. Sedikit bergidik ketika dingin merayapi ujung jariku. Kuukirkan namaku di sana. Sempat kukagumi sejenak. Sebelum akhirnya lenyap tersapu embun yang lain.
“Inggit,” sapa sebuah suara yang tak lagi asing di telingaku.
“Ibu,” aku berpaling dari kaca jendela dan menatap ibu.
Ia tersenyum padaku. Gurat-gurat tipis menghiasi wajahnya. Membuat ibu tampak lebih tua dari umur sebenarnya.
Aku beringsut mendekati ibu. Kuseret kakiku dengan kepayahan. Aku memang tak seperti  kebanyakan orang pada umumnya. Aku istimewa, begitu yang selalu ibu ucapkan padaku.  Aku tak bisa berjalan apalagi berlari. Bahkan berdiri dengan kedua kakiku pun menjadi hal yang sangat mustahil.  Aku memang punya kaki, tapi keduanya tak berfungsi lagi. Seakan-akan mereka hanyalah hiasan atau pelengkap.
Yah…setidaknya aku masih punya tangan yang normal. Sehingga aku bisa berjalan atau lebih tepatnya berpindah tempat dengan mengandalkan kedua tanganku.  Sampai-sampai kulit pada kedua telapak tanganku mengelupas.
Aku terserang polio. Pada umur 8 tahun kakiku lumpuh total. Orangtuaku tak mampu berbuat apa-apa. Mereka bukan  orang berada. 
Aku tak begitu tampak menderita. 10 tahun bukan waktu yang sebentar. Cukup untuk membuatku terbiasa dengan cara hidup seperti ini. Aku bahkan tak bisa mengingat bagaimana rasanya dapat berlari dengan kedua kakiku.
“Inggit pijat ya, Bu!” Aku menggapai bahu ibu. Memijat-mijatnya pelan. Bermaksud mengurangi kelatihan ibu setelah seharian berkutat dengan pembeli dan hingar-bingar pasar. Atau bermaksud mengurangi rasa bersalahku. Karena aku, anak sulungnya, tak mampu banyak membantu mengurangi beban keluarga. Tragisnya, aku malah cenderung menambah beban keluarga dengan keadaan fisikku ini.
Pintu rumah terbuka, diikuti oleh suara riang adikku. Rumah ini begitu kecil. Sehingga suara seperti apapun dapat terdengar dengan mudahnya.
Anggit masuk ke dalam kamar. Ia membanting tasnya ke tempat tidur. Ia sekamar denganku. Selain karena di rumah ini memang hanya ada dua kamar, juga karena aku memang agak kesulitan jika harus tidur sendirian.
Aku dan Anggit  hanya terpaut tiga tahun. Kami memang kakak beradik.  Lahir dari rahim yang sama, dibesarkan dalam rumah yang sama. Namun tampak  begitu berbeda. Anggit cantik, tinggi, pintar dan punya banyak teman. Dan yang terpenting ia baik-baik saja. Tidak cacat seperti aku. Kuakui, tak jarang aku merasa iri padanya. Kadang aku bahkan bertanya entah pada siapa. Kenapa harus aku? Ada banyak orang di dunia ini, tapi mengapa justru aku yang terpilih?
“Besok temanku mau main ke sini.”ucap Anggit dengan nada mengambang. Ada sedikit getir yang tertangkap dalam suaranya.
Ia tak sepenuhnya menatapku.  Hanya sudut matanya yang sekilas melirikku. Aku mengerti apa maksud perkataannya. Anggit tak ingin aku menampakkan diri di hadapan teman-temannya saat mereka datang besok. Karena itu  akan membuatnya malu.
Pernah suatu kali ketika SMP,  teman Anggit datang ke rumah.  Saat itu mereka melihatku dengan segala kekuranganku ini. Esoknya, Anggit pulang sambil menangis.  ia dihina teman-temanya di sekolah. Mereka mengatakan Anggit memiliki kakak seperti suster ngesot. Selama beberapa hari Anggit bahkan tak mau bicara padaku. Aku tahu, ia menyalahkanku.
Jujur, aku sangat sakit hati. Bagaimana mungkin adik kandungku malu memiliki kakak seperti aku. Tapi aku tak pernah menampakkannya.  Hanya akan menambah luka di hati.
****
            Hujan turun lagi. Seperti biasa, aku mengagumi setiap tetesannya dari balik jendela. Tapi aku tak begitu memusatkan perhatianku pada hujan itu terlalu lama. Aku kembali berkutat  pada jerami-jerami di pangkuanku. Menganyamnya satu persatu. Membentuknya menjadi hamparan tikar.
            Hasinya memang tak banyak. Namun dapat membantu perekonomian keluarga. Sejak bapak meninggal, semua jadi terasa lebih berat.
            Aku memang pernah bersekolah. Hanya samapi kelas 2 SD. Pertengahan tahun aku berhenti, karena…yah tahulah.  Setidaknya aku bisa membaca dan menulis. Tapi itu tak cukup untuk mencari pekerjaan di zaman sekarang. Ditambah dengan kondisi fisikku yang memang  istimewa.
            Aku mendengar suara cekikikan dari ruang tamu. Suara Anggit dan teman-temannya. Kadang-kadang aku ikut tertawa mendengar lelucon yang mereka lontarkan. Tentu saja dengan suara yang sangat pelan. Aku tak ingin mereka mendengarnya.
            Kembali rasa irii menyusup di hatiku. Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya jalan-jalan dengan teman. Berbincang-bincang tentang pelajaran, film, cowok, atau sesuatu yang mereka sebut denga fashion.
            Aku tak mengingkari bahwa aku juga punya teman. Yu Sumi dan Yu tarmi. 2 orang sesama buruh penganyam tikar di tempat juragan Darso. Tapi mereka lebih tua beberapa tahun dariku. Sehingga pembicaraan kami sering tidak nyambung. Kerena yang mereka bicarakan tak lebih dari urusan rumah tangga, anak-anak, dan suami mereka.
            Anyaman tikar hampir selesai. Namun hujan tak juga berhenti.
****
            Jalanan becek. Akibat hujan kemarin sore. Aku merasakan basah dan dingin pada bagian bawah tubuhku ketika aku menyeret tubuhku. Ini memang buruk. Tapi tak lebih buruk dibandingkan jika cuaca terik. Sekujur tubuhku akan terasa tersengat dan tak urung kaki dan tanganku lecet-lecet.            
            Hari sudah menjelang siang. Aku harus mempercepat perjalananku menuju rumah juragan Darso. Untuk menganyam tikar tentunya. Aku tahu benar. Juragan Darso bukan sosok yang ramah. Ia tak segan-segan memarahi pegawainya yang datang terlambat. Bahkan tak jarang menjadikan gaji sebagai pelampiasan. Dan aku tak mau itu.
            Memang jarak rumahku dan rumah juragan Darso tak begitu jauh. Namun dengan kondisiku yang seperti ini, bukan hal yang mudah untuk cepat sampai.
            Di tengah jalan, seorang ibu setengah baya yang tak kuingat pernah mengenalnya menyodorkan selembar uang ribuan padaku.  Sesaat aku terpana. Tak menangkap apa maksudnya. Namun ia tergesa pergi. Tak memberi kesempatan padaku untuk bertanya atau menolak.
            Aku mendesah. Pastilah ia mengira aku ini seorang pengemis. Aku tak menyalahkannya. Tampang kuyu, penampilan lusuh, wajah memelas ditambah lagi cacat dalam diriku. Tak heran jika orang menyangka aku ini seorang peminta-peminta. Yah, sudahlah. Lumayan. Tak baik menolak rejeki.
            Suara tangis anak kecil membuyarkan lamunanku. Aku ingat benar anak itu. Aku memang tak tahu namanya, tapi yang aku tahu ia selalu menangis ketika melihatku. Aku tak yakin apa pada diriku yang membuatnya menangis ketakutan seperti itu. Wajahku, kakiku, ekspresiku, ataukah caraku berjalan? Atau mungkin semuanya menjadi kesatuan yang patut untuk ditakuti.
            Asri mendekati anak itu. Dibelai-belainya rambut adiknya. Mencoba menenangkan tangis adiknya yang memekakkan telinga. Asri menatpku gusar. Merasa tak enak padaku.  Aku hanya tersenyum getir pada teman SDku itu. Mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja. Hatiku sudah terlanjur kebal dengan segala perlakuan orang padaku.
****
            Juragan Darso memujiku karena hasil kerjaku yang ia bilang cukup memuaskan. Itu membuatku luput dari amrahnya karena keterlambatanku yang hampir tak disadari itu. Aku tersenyum puas. Itu menunjukkan bahwa aku bukanlah orang yang tak bisa berbuat apa-apa. Sejenak aku bersyukur. Walaupun kakiku lumpuh, aku masih memiliki tangan yang sehat.
            “ Beruntung kamu, Nggit. Aku saja yang berahun-tahun bekerja di sini jarang-jarang dipuji sama juragan. Bahkan bisa dikatakan tak pernah.”  Ujar Yu Sumi. Entah bermaksud memuji atau justru menyindirku.
            “Ya bagus itu. Siapa tahu, kamu semakin ahli dan bisa memulai usaha sendiri.” Yu Tarmi ikut manimpali. Matanya tak lepas dari jerami-jerami di tangannya.
            “Wah, jangan terlalu dibesarkan-besarkan dong, Yu.” Aku sedikit tersipu.
            “Ya kita kan boleh aja to berangan-angan” Yu Tarmi menambahkan.
Aku terdiam sejenak. Angan-angan? Aku selalu berangan-angan. Tapi  tetap menjadi angan-angan belaka.
            “Kalau begitu, aku boleh berangan-angan bisa sekolah lagi nggak Yu?” paparku sekonyong-konyong.
            Yu Tarmi dan Yu Sumi menatapku serempak. Ekspresi mereka sekan-akan menunjukkan aku ini orang yang tidak waras. Aku tersenyum getir. Sangat getir. Aku tak menggubris komentar kedua temanku itu yang nyaris tak dapat kucerna di otakku. Aku memusatkan perhatian pada jerami yang menanti .
****
            Hujan deras mengguyur bumi. Angin yang bertiup kencang menampar-nampar daun jendela kamarku. Air hujan yang terbawa angin memercik ke wajahku.Ku tutup rapat jendela kamarku. Walaupun aku tahu, ini tak cukup tangguh untuk menghalangi air masuk ke dalam rumah mungilku.
            Aku meraih seragam Anggit yang dibiarkannya teronggok di  sudut tempat tidur. Bermaksud meletakkanya ke ember cucian. Tapi  kemudian kuurungkan niatku. Aku malah tegoda untuk terus memegangnya. Memperhatikan setiap detil baju itu. Kukagumi sejenak. Membayangkan betapa menyenangkannya memakai seragam putih abu-abu dan mengalami kehidupan remaja yang penuh warna. Dan terutama hidup normal.
            Ini benar-benar membuat keinginanku untuk sekolah semakin kuat. Dalam sekejap hatiku melambung lalu terjatuh lagi. terjatuh oleh kenyataan bahwa aku tak mungkin mewujudlan keinginanku yang satu ini.
            Aku meletakkan kembali seragam Anggit. Mendadak berubah kecut.
            Terpaku oleh lamunanku, aku nyaris tak menyadari bahwa hujan telah menyurut. Tak kudengan lagi desis hujan yang lembut membuai. Aku membuka jendela. Seketika kurasakan angin dingin menerpa kulitku.
            Aku mengalihkan pandangan pada langit yang dipenuhi awan. Masih tersisa bias-bias hitam namun justru terkesan romantis. Perlahan semburat pelangi menampakkan biasnya yang samar tertangkap mata. Aku menghela napas. Aku tak boleh tenggelam dalam kesedihan. Mengutuk takdirku. Karena hujan tak selamannya. Akan reda dan berganti dengan pelangi.
            Tuhan pasti punya rencana lain untukku. Bukankah aku ini istimewa?

LET'S WRITE!


Let’s Write!
Artikel jurnalistik seperti anjing menggonggong. Gonggongan itu menyalak pada hal yang mengganggunya. Ia memberi tahu ada bahaya, situasi menakutkan,atau keadaan lain  yang mesti diketahui orang di sekitarnya. Gonggongan itu kerap bikin sakit telinga. Tapi, diharapkan, sakit itu membawa pesan akan pentingnya sebuah kondisi sosial dicermati (Septiawan Santana, 2007:6)

Di era yang serba cepat ini, jurnalistik menjadi suatu kebutuhan tersendiri bagi manusia. Keberadaan jurnalistik menjadi suatu hal yang penting dalam kehidupan. Jurnalistik atau pers memberikan asupan informasi yang sangat dibutuhkan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, tercipta berbagai media untuk menyampaikan jurnalistik kepada masyarakat. Dari media cetak, media elektronik hingga menggunakan media internet yang biasa disebut journalistic online. 
Salah satu produk kegiatan jurnalistik adalah artikel. Artikel adalah tulisan berisi pendapat seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang sifatnya aktual atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu, memengaruhi, meyakinkan, dan menghibur pembaca. Siapa saja boleh menulis artikel dengan topik bebas sesuai minat dan keahliannya. Artikel ditulis dengan atas nama atau by line story dengan berisi gagasan yang menyangkut kepentingan masyarakat umum, ditulis secara referensial dengan misi intelektual, dan disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer, komunikatif, serta orisinal.
Artikel memiliki beberapa jenis, yaitu artikel praktis, artikel ringan, artikel halaman opini, dan artikel analisis ahli.
Artikel Praktis
Artikel praktis adalah artikel yang berisi petunjuk praktis tentang cara melakukan sesuatu (how to do it). Isinya lebih menekankan aspek ketelitian dan keterampilan daripada masalah pengamatan dan pengembangan penetahuan serta analisis peristiwa. Penulisannya biasanya menggunakan pola kronologis, yaitu pesan disusun berdasarkan urutan waktu atau tahapan pekerjaan.
Artikel Ringan
 Artikel ringan mengangkat topik yang ringan dengan cara penyajian yang ringan, tidak banyak menguras pikiran pembaca. Pembaca tidak perlu berpikir keras, menganalisis lebih tajam, atau menggugat secara akademis. Untuk mencernanya pembaca tidak perlu persiapan dan perhatian secara khusus. Biasanya jenis artikel seperti ini ditemukan di rubrik wanita, remaja, dan keluarga.
Artikel Opini
            Artikel opini menganalisis masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analisis akademis. Sifatnya relatif berat. Artikel jenis ini ditulis oleh penulis yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian yang memadai di bidangnya. Artikel opini biasanya ditemukan pada halaman khusus opini bersama tulisan opini yang lain, misalnya tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel ini bersifat pandangan subjektif.

Artikel Analisis Ahli
            Artikel analisis ahli mengupas secara tajam dan mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan dan bahan pembicaraan masyarakat. Artikel ini ditulis oleh ahli atau pakar di bidangnya dengan menggunakan bahasa populer dan komunikatif. Topik yang diangkat dan dibahas beraneka ragam seperti pendidikan, politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Artikel analisis ahli biasa ditemukan pada halaman berita atau rubrik khusus.
            Ada beberapa syarat untuk menjadi penulis artikel. Antara lain :
  1. Teknikal, maksudnya memiliki kemampuan menggunakan atau mengoperasikan peralatan kerja yang diperlukan dalam kegiatan menulis.  
  2. Mental. Seorang penulis harus memiliki tekad, semangat, dan kemauan keras untuk terus belajar disertai sikap pantang menyerah.
  3. Reading Habit. Seorang penulis artikel hendaknya memiliki kebiasaan dan budaya baca sebagai kebutuhan sehari-hari.
  4. Intelektual. Seorang penulis harus memiliki visi akademis, daya nalar, wawasan ilmu pengetahuan, kemampuan menyatakan tulisan secara logis, sistematis, dan analisis.
  5. Sosiokultural. Seorang penulis harus bisa beradaptasi atau membiasakan diri dengan lingkungan sosial.
TAHAP MENULIS ARTIKEL
            Ada beberapa tahapan dalam menulis artikel, yaitu persiapan penulisan (prewriting), pelaksanaan penulisan (wrting), dan perbaikan tulisan (editing). Dalam kegiatan  persiapan, penulis harus mempersiapkan berbagai keperluan menulis baik dari hal administratif, teknis, akademis, maupun psikologis. Dalam kegiatan penulisan, penulis harus menulis dan menulis terus, konsentrasi, serta jangan menghiraukan hal-hal yang kiranya mengganggu aktivitas menulis. Setelah tulisan itu selesai, penulis sebaiknya melakukan kegiatan penyuntingan atau editing dari judul, intro, komposisi, akurasi, relevansi data, ejaan, istilah teknis, kata serapan, gramatika, bobot, substansi materi tulisan, asumsi dan dampak dari media dan pembaca.
MENCARI IDE YANG MENARIK
            Ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran. Sifatnya umum dan bisa apa saja. Dari ide inilah kemudian muncul sebuah gagasan yang selanjutnya menjadi akar suatu kegiatan menulis. Dalam bahasa psikologi, gagasan adalah sesuatu hal yang memotivasi seseorang untuk melakukan suatu sikap atau tindakan tertentu. Sumber ide bisa dari mana saja. Bisa dari pengalaman pribadi, hobi, pengalaman profesi, pendapat, hasil pengamatan pribadi, peristiwa aktual, peristiwa yang akan terjadi, masalah agama, pendidikan, masalah masyarakat, kejadian khusus seperti peringatan hari bersejarah, dan minat khalayak seperti gaya hidup, mode, dan sebagainya.
            Ide sebaiknya bersifat aktual, relevan, dan terjangkau. Disebut aktual jika mengandung unsur kebaruan agar menarik perhatian, membuat rasa ingin tahu, membuka cakrawala pengetahuan pembaca. Relevan jika sesuai disiplin ilmu, latar belakang pendidikan, pengetahuan, atau sesuai bidang keahlian. Dikatakan terjangkau jika menunjuk daya dukung tenaga, biaya, sarana , dan referensi.

MENETAPKAN TOPIK SECARA SPESIFIK
            Topik atau pokok bahasan merupakan pernyataan tentang isi pokok bahasan yang sudah dibatasi ruang lingkupnya secara spesifik. Topik sebaiknya dirumuskan dalam satu kalimat utuh dengan syarat kalimatnya tidak bersifat konklusif atau menyimpulkan. Topik dinyatakan dalam kalimat eksplanatif atau penjelasan. Topik yang spesifik sesuai dengan latar belakang pengetahuan, pendidikan, atau keahliannya , menarik minat, sesuai pengetahuan pembaca, aktual, fenomenal, kontroversial, jelas ruang lingkupnya, dan ditunjang referansi yang cukup.
MEMILIH JUDUL PROVOKATIF
            Judul sangat penting dalam sebuah artikel, karena judul adalah identitas suatu artikel. Artikel tanpa judul merupakan hal yang abstrak sehingga tak mampu memberi pesan. Judul dijadikan suatu tolak ukur bagi pembaca untuk membaca artikel tersebut atau tidak. Judul artikel yang baik yaitu provokatif, singkat-padat, relevan, fungsional, informal, representative, merujuk pemakaian bahasa baku, mudah dibaca dan diingat, harus berbentuk frase dan bukan kalimat.
MERUMUSKAN TESIS SECARA SINGKAT
            Tesis atau simpulan adalah pendapat utama dari keseluruhan uraian artikel yang ditulis dan dinyakan dalam kalimat konklusif atau simpulan. Setiap artikel harus memiliki artikel utama dan artikel pendukung. Penggunaan tesis utama dan tesis pendukung biasanya terdapat pada artikel yang sangat panjang. Tesis yang baik harus ringkas dan jelas, sehingga tidak menimbulkan salah pengertian, mencerminkan topik, serta mengandung unsur yang baru, bukan perulangan.
Untuk artikel bersifat deduktif, tesis ditulis saat memulai menulis artikel, tempatnya pada intro. Sedangkan untuk artikel bersifat induktif, tesis diletakkan pada penutup.
MEMBUAT KERANGKA SEDERHANA
            Kerangka karangan merupakan suatu rancangan sederhana sebelum dimulainya suatu karangan. Kerangka karangan dijadikan acuan saat memulai menulis. Pada umumnya, kerangka karangan berisi ide, topik, tesis, judul, kerangka, dan referensi.
Struktur artikel jurnalistik terdiri dari teras (lead) yaitu  paragraf pembuka artikel. Bagian pengantar gagasan atau pokok pikiran penulis. Kemudian Tubuh (body), bagian isi artikel yang merupakan uraian pokok pikiran. Dan yang terakhir adalah bagian penutup (ending), yaitu bagian akhir dari penulisan artikel yang berupa simpulan sementara atau simpulan akhir.
SYARAT ARTIKEL LAYAK KIRIM
            Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar artikel yang telah ditulis menjaddi layak kirim. Antara lain :
  1. Topiknya aktual dan atau kontroversial
  2. Tesisnya orisinal, mengandung gagasan baru atau segar.
  3. Materinya menyangkut kepentingan masyarakat luas
  4. Topik atau pokok bahasannya diyakini tidak bertentangan dengan aspek etis, sosiologis, yuridis, dan ideologis.
  5. Ditulis dalam bahasa yang baik dan benar, lincah, segar, mudah dicerna, dan ringan dibaca.
  6. Mencerminkan visi dan sikap penulis sebagai intelektual atau cendekiawan
  7. Referensial
  8. Singkat, utuh, dan tuntas
  9. Memenuhi kualifikasi teknis-administratif media bersangkutan

Nah, sudah tahu kan apa itu artikel dan cara menulis artikel? Menulis artikel memang tidak mudah. Tapi juga tidak sulit. Tergantung kemauan dan tekad kita untuk mau memulai. Jangan pernah takut untuk mencoba. Karena banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan dari menulis.
Jadi, tunggu apa lagi? Ambillah penamu dan segeralah menulis!














KETIKA MUSIK JADI ALTERNATIF


Krisis keuangan bukan hal yang asing di Indonesia. Justru hal ini seakan menjadi busana yang senantiasa melekat dalam diri masyarakat. Kemiskinan dan pengangguran merajalela. Indonesia tetap dianggap sebagai negara berkembang yang tertinggal dalam teknologi maupun pendidikan. Sayangnya, masyarakat Indonesia bukannya berlomba-lomba bergelut memajukan pendidikan, kesejahteraan rakyat maupun teknologi, namun malah berlomba-lomba berpacu di bidang entertainment khususnya musik.
Banyak bermunculan penyanyi dan band-band baru dalam jagat musik Indonesia dengan berbagai warna musik yang disuguhkan. Dunia musik seakan-akan menjadi trend yang membumi dan menggairahkan untuk digeluti. Berbagai stasiun tv gencar menayangkan acara-acara musik berjam-jam. Bahkan acara-acara tersebut cukup membius dan digemari pemirsa. Hal ini membuat acara musik menjadi tayangan wajib bagi beberapa stasiun TV.
Namun, sekali lagi hanya kuantitas yang terus dikejar, bukan kualitas. Memang pemain musik di Indonesia terus melonjak, namun kualitas musik dan lirik tidak begitu menjadi prioritas Banyak sekali bermunculan lagu dengan lirik-lirik yang tidak berbobot, bahkan tak jarang yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi. Beberapa artis sinetron atau model ikut-ikutan aji mumpung bergelut dalam dunia musik. Tak peduli bagus tidaknya suara mereka, layak tidak lagu itu diperdengarkan, yang penting laku dijual di pasaran. Memang segi material selalu menjadi tujuan utama yang tak terelakkan.
Ironisnya, jarang sekali ditemukan lagu untuk anak kecil. Anak-anak saat ini justru cenderung menyanyikan lagi-lagu orang dewasa yang tak luput dibumbui dengan kata-kata cinta yang seharusnya belum saatnya diterima oleh anak.  Bahkan, beberapa penyanyi anak atau remaja bukannya menyanyikan lagu sesuai dengan umurnya, namun malah menyanyikan lagu yang lebih pantas dibawakan orang dewasa.
Sungguh sangat disayangkan, ketika krisis ekonomi tengah melanda Indonesia mengapa justru musik yang dijadikan alternatif?

TEKNIK-TEKNIK MEMBACA CEPAT


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Manusia modern tampaknya tidak dapat melepaskan diri dari media komunikasi. Salah satu media komunikasi yang banyak dihadapi adalah media tulis baik buku teks maupun media massa. Pada era globalisasi, kegiatan membaca sudah menjadi hal yang lazim dalam kehidupan sebagian masyarakat.  Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis.
Tetapi dalam era yang serba cepat sekarang, ketika tanpa kita kehendaki tuntutan kehidupan meningkat, pembaca tak lagi boleh hanya sebagai membawa kenikmatan, tetapi sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri. Artinya orang wajib mengejar semua informasi. Ia harus memiliki keterampilan mengumpulkan data dengan cepat sekaligus benar. Dan disini membaca cepat menjadi utama. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat. Maka itu harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan segera menyelesaikan sebuah buku. Membaca cepat adalah bagaimana seseorang dapat membaca dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya dengan baik. Dalam makalah ini selanjutnya akan dipaparkan teknik-teknik membaca cepat.

  1. Rumusan Masalah
    1. Apakah yang dimaksud dengan membaca cepat?
    2. Bagaimana teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat?


  1. Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan dan memaparkan tentang pengertian membaca cepat.
2.      Menjelaskan dan memaparkan tentang teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Membaca Cepat
Soedarso dalam Yasrul Effendi (www.id.forums.wordpress.com) mengatakan  bahwa metode speed reading merupakan semacam latihan untuk mengelola secara cepat proses penerimaan informasi. Seseorang akan dituntut untuk membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan dalam otak. Sedangkan Nurhadi  menyatakan  bahwa membaca cepat dan efektif ialah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya (1987:31-32). Muchlisoh (1992:149) mengatakan bahwa membaca cepat bukan berarti jenis membaca yang ingin memperoleh jumlah bacaan atau halaman yang banyak dalam waktu yang singkat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan menggunakan gerakan mata dan dilakukan tanpa suara yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara tepat dan cermat dalam waktu singkat.
Jadi, membaca cepat adalah membaca yang dilakukan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biasanya dengan membaca kalimat demi kalimat dan paragraf tetapi tidak membaca kata demi kata. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi, gagasan utama, dan penjelasan dari suatu bacaan dalam waktu yang singkat. Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar mampu membaca lebih cepat. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat.
Membaca cepat tentu saja bukan tujuan, sebab keterpahamanlah yang tujuan dalam membaca cepat. Dalam membaca cepat terkandung pemahaman yang cepat pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal tolak pembahasan, bukannya kecepatan. Seorang pembaca yang baik akan mengatur kecepatan dan memilih jalan terbaik untuk mencapai tujuannya. Kecepatan membaca sangat tergantung pada bahan dan tujuan membaca, serta sejauh mana keakraban dengan bahan bacaan. Kecepatan membaca harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan.
B.     Teknik-Teknik Membaca Cepat
Tidak semua orang akan langsung mahir untuk membaca cepat. Keterampilan ini membutuhkan latihan yang mungkin bisa sampai berulang-ulang agar seseorang dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam membaca cepat. Latihan-latihan ini dipandang penting untuk dilakukan karena biasanya seseorang yang baru pertama kali belajar membaca cepat akan menemui beberapa masalah yang bisa menjadi penghambat dalam membaca cepat. Syarat utama untuk dapat membaca cepat adalah mengetahui dengan persis bahan apa yang sedang dicari. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pemindaian secara cepat. Hanya mencari bagian-bagian yang dibutuhkan.
Untuk bisa membaca cepat memang perlu teknik tertentu. Secara umum ada dua teknik membaca yaitu:
1.      Teknik Scanning
Teknik membaca scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi, sehingga dalam memahami bacaan tersebut seseorang dapat menghubungkan kalimat yang satu dengan kata-kata sendiri. Jadi dalam teknik ini tidak seluruh kata/kalimat dibaca. Biasanya kata-kata kunci yang menjadi perhatian pembaca. Misalnya membaca koran, mencari judul-judul atau topik berita yang dianggap menarik.
Bagian-bagian yanag dapat dilompati antara lain
a.     Bagian yang telah diketahui dari buku lain
b.     Bagian yang berisi informasi yang tidak memenuhi tujuan membaca
c.      Bagian yang hanya merupakan contoh atau ilustrasi
d.     Bagian yang merupakan ringkasan bab sebelumnya.
2.       Teknik Skimming
Teknik membaca Skimming adalah membaca secara garis besar (sekilas) untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Setelah itu melacak informasi yang ingin diketahui secara mendalam. Untuk memperlancar proses skimming maka lakukanlah terlebih dahulu membaca daftar isi, kata pengantar, pendahuluan, judul atau sub judul, serta kesimpulan. Dari bagian-bagian buku ini minimal kita bisa menafsirkan apa inti dari isi buku yang akan kita baca tersebut. Teknik ini biasanya dilakukan ketika kita mencari sesuatu yang khusus dalam teks. Fungsi skimming adalah
a.   Untuk mengenali topik bacaan
b.   Untuk mengetahui pendapat/opini orang
c.   Untuk mendapatkan bagian penting yang kita butuhkan
d.   Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, dan cara
berpikir penulis.
e.   Untuk penyegaran apa yang pernah dibaca.
3.   Membaca visual,
Membaca visual yaitu mengejar kelompok kata dengan urutan mana suka. Cara ini cocok untuk memahami bacaan yang agak sulit serta yang mudah.
Langkah-langkah membaca cepat
Sebelum melatih membaca cepat, kita perlu paham beberapa langkah membaca cepat, yaitu:
1.       Persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dengan membaca judul. Judul ini ditafsirkansesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami. seseorang bisa menafsirkan isi bacaan dari judul yang dibaca. Hubungkan pengalaman/wawasan yang dimiliki sengan judul bahan bacaan yang akan dibaca. Kemudian perhatikan gambar dan keterangan gambar dari materi yang akan dibaca. Biasanya gambar atau ilustrasi dalam buku mengilustrasikan isi bacaan. Oleh karena itu simbol visual ini dapat membandtu kita memahami isi bacaan. Selanjutnya kita perlu memperhatikan huruf cetak tebal/huruf miring. Huruf yang dicetak berbeda ini melambangkan kata/kalimat penting dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya adalah membaca alinea awal dan akhir. Alinea awal mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan alinea akhir biasanya berupa pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui aliena awal dan akhir ini dapat membantu kita menafsirkan keseluruhan isi bacaan. Kemudian kita perlu baca juga rangkuman bacaan.
2.      Pelaksanaan
Jika telah melaksanakan tahap persiapan tadi, kita sudah bisa membayangkan gambaran umum isi bacaan dalam buku yang akan dibaca. Selanjutnya kita dapat memulai membaca cepat dengan menggunakan dua teknik tadi yaitu scaning dan skimming. Di sini kita bisa mencari kata-kata kunci yang ada dalam kalimat, selanjutnya dihubungkan melalui asosiasi dan imajinasi sehinga bisa dengan cepat mengambil inti sari isi bacaan tampa harus membaca seluruh isi buku

Untuk menguasai keterampilan membaca cepat, kita perlu latihan. Latihan ini meliputi latihan otot mata, pheriperial mata, dan latihan pernapasan.
 a. Melatih otot mata
Melatih otot mata dapat dilakukan dengan cara gerakan bola mata dalam keadaan terpejam ke atas ke bawah, lalu samping kiri dan kanan. Latihan ini harus dilakukan secara continue minimal selama 14 hari, masing-masing selama lima menit tanpa harus putus. Apabila satu hari saja tidak latihan, maka otot mata akan kembali ke keadaan sebelum latihan.
b. Melatih Pheriperal Mata
Melatih pheriperal mata dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti gerakan telunjuk di depan mata. Tujuannya agar mata kita dapat menjangkau seluruh bacaan tanpa menggeleng-gelengkan kepala, karena menggelengkan kepala itu menghambat membaca cepat.
c. Melatih Pernapasan
Melatih prnapasan dapat dilakukan dengan cara tarik napas panjang keluarkan secara perlahan. Kemudian latihan konsentrasi yang berhubungan dengan sikap duduk, tegak, libatkan asosiasi dan imajinasi. Di sini usahakan seolah-olah sedang berkomunikasi dengan sang penulis.
Kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki seseorang dalam membaca pun secara tidak sadar bisa menjadi penghambat untuk bisa membaca dengan cepat. Kebiasaan-kebiasaan yang biasanya sudah dimiliki selama bertahun-tahun ini di antaranya:
  1. vokalisasi atau bergumam ketika membaca;
  2. membaca dengan menggerakkan bibir namun tidak bersuara (komat-kamit);
  3. kepala yang bergerak searah dengan arah tulisan yang dibaca;
  4. jari-jari tangan yang selalu menunjuk tulisan yang dibaca;
  5. gerakan mata yang selalu kembali ke kata-kata sebelumnya atau mengulang membaca kalimat dari depan;
  6. membaca di dalam hati.
Untuk mengatasi masalah-masalah ini, usahakan untuk mencegah bibir, jari-jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca. Cara pencegahannya bisa dengan mengatupkan bibir, memasukkan tangan ke dalam saku atau memegangi kepala pada waktu membaca. Sedangkan untuk menghindari supaya tidak bersuara pada waktu membaca adalah dengan merasakan getaran suara di leher. Dengan meletakkan tangan di leher, akan diketahui apakah kita bersuara atau tidak. Membaca dalam hati memang tidak bisa dicegah, tetapi usahakan supaya tidak memerhatikan pelafalannya.
Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah dalam membaca cepat.
  1. Miliki kosakata yang luas. Jika saat ini masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-kata baru yang belum diketahui. Setelah itu, carilah artinya di dalam kamus. Perbendaharaan kata yang banyak sangat membantu dalam memahami suatu bacaan.
  2. Sikap tubuh membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru menjadi penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca.
  3. Membaca sepintas lalu dengan membaca sepintas lalu, dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi.
  4. Konsentrasi. Konsentrasi yang penuh menghindarkan dari melamun atau pikiran yang melayang-layang. Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika membaca cepat.
  5. Retensi/mengingat kembali informasi dari bacaaan. Mengingat kembali informasi yang baru saja dibaca bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, diskusi, maupun menulis kembali informasi yang sudah diterima.
  6. Tujuan dari membaca itu sendiri. Dengan menentukan tujuan dari membaca, akan mengetahui apakah bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan atau seperti yang diinginkan.
  7. Motivasi. Motivasi yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Jika sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu bacaan, akan lebih mudah menyerap informasi dalam bacaan tersebut. Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca.

Teknik SQ3R

Teknik ini sangat membantu kita dalam menyerap informasi tertulis. Teknik ini menggunakan metode penahapan dalam membaca.
1. Survey
Pemindaian terhadap daftar isi, pendahuluan, bab pertama atau pengantar dan bagian ringkasan untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Tujuan survei adalah
  1. Mempercepat menangkap arti
  2. Mendapatkan abstrak
  3. Mengetahui ide-ide penting
  4. Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan.
  5. Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan.
  6. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
2. Question
Membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan bahan-bahan yang sedang dicari. Pertanyaan ini dapat digunakan sebagai tujuan utama di dalam membaca buku tersebut.
3. Read
Sekarang bacalah isi buku tersebut. Lewati bagian yang kurang menarik. Ketika sampai bagian yang dapat digunakan sebagai bahan penulisan, bacalah dengan cermat.

4. Recall
Ketika membaca uraian yang dibutuhkan, maka pahami isinya dan ingat-ingatlah bagian itu. Simpanlah kata-kata kunci di dalam ingatan. Proses ini sangat penting jika akan melakukan parafrasa bacaan tersebut sehingga tidak melanggar hal cipta karena melakukan plagiat.
5. Review
Setelah mengingat-ingat, dapat mengulas materi yang didapatkan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan membaca ulang uraian dalam buku tersebut, mengembangkan catatan atau mendiskusikannya dengan orang lain. Cara lain yang sangat efektif adalah mengajarkan informasi itu kepada orang lain.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan menggunakan gerakan mata dan dilakukan tanpa suara yang bertujuan untuk memperoleh informasi secara tepat dan cermat dalam waktu singkat. Kecepatan membaca sangat tergantung pada bahan dan tujuan membaca, serta sejauh mana keakraban dengan bahan bacaan. Kecepatan membaca harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan. Untuk bisa membaca cepat diperlukan beberapa teknik tertentu, yaitu teknik scanning dan teknik skimming. Teknik scanning adalah membaca suatu informasi dimana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi. Sedangkan teknik skimming adalah membaca secara sekilas untuk mendapatkan gambaran umum isi buku.
B.     Saran
1.      Sebaiknya masyarakat dan pemerintah melakukan tindakan yang dapat meningkatkan minat baca di kalangan pelajar maupun masyarakat umum.
2.      Masyarakat hendaknya mulai membiasakan diri membaca cepat karena banyak manfaat yang dapat diambil.


DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Suyoto. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. www. bhsindo.multiply.com. Diakses pada Senin, 24 Februari 2009.

Christiana Ratri Yuliani. Teknik Membaca Cepat. www. drssuharto.wordpress.com. Diakses pada Senin, 24 Februari 2009.
Purnawan Kristanto. Teknik Membaca Cepat. www. tagliners.blogspot.com.  Diakses pada Senin, 24 Februari 2009.
Yasrul Efendi. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Menggunakan Metode Speed Reading. www.id.forums.wordpress.com. Diakses pada Senin, 24 Februari 2009.