Krisis
keuangan bukan hal yang asing di Indonesia . Justru hal ini seakan
menjadi busana yang senantiasa melekat dalam diri masyarakat. Kemiskinan dan
pengangguran merajalela. Indonesia
tetap dianggap sebagai negara berkembang yang tertinggal dalam teknologi maupun
pendidikan. Sayangnya, masyarakat Indonesia bukannya berlomba-lomba
bergelut memajukan pendidikan, kesejahteraan rakyat maupun teknologi, namun
malah berlomba-lomba berpacu di bidang entertainment khususnya musik.
Banyak
bermunculan penyanyi dan band-band baru dalam jagat musik Indonesia
dengan berbagai warna musik yang disuguhkan. Dunia musik seakan-akan menjadi
trend yang membumi dan menggairahkan untuk digeluti. Berbagai stasiun tv gencar
menayangkan acara-acara musik berjam-jam. Bahkan acara-acara tersebut cukup
membius dan digemari pemirsa. Hal ini membuat acara musik menjadi tayangan
wajib bagi beberapa stasiun TV.
Namun,
sekali lagi hanya kuantitas yang terus dikejar, bukan kualitas. Memang pemain
musik di Indonesia terus melonjak, namun kualitas musik dan lirik tidak begitu
menjadi prioritas Banyak sekali bermunculan lagu dengan lirik-lirik yang tidak
berbobot, bahkan tak jarang yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi. Beberapa
artis sinetron atau model ikut-ikutan aji mumpung bergelut dalam dunia
musik. Tak peduli bagus tidaknya suara mereka, layak tidak lagu itu
diperdengarkan, yang penting laku dijual di pasaran. Memang segi material
selalu menjadi tujuan utama yang tak terelakkan.
Ironisnya,
jarang sekali ditemukan lagu untuk anak kecil. Anak-anak saat ini justru
cenderung menyanyikan lagi-lagu orang dewasa yang tak luput dibumbui dengan
kata-kata cinta yang seharusnya belum saatnya diterima oleh anak. Bahkan, beberapa penyanyi anak atau remaja
bukannya menyanyikan lagu sesuai dengan umurnya, namun malah menyanyikan lagu
yang lebih pantas dibawakan orang dewasa.
Sungguh
sangat disayangkan, ketika krisis ekonomi tengah melanda Indonesia mengapa justru musik yang
dijadikan alternatif?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar